Dalam segala kesulitan yang dihadapinya, Hery mencoba bertahan.
Bahkan setelah satu tahun berjalan, Hery justru bertemu jodoh di desa tanpa daratan tersebut.
"Awal datang tidak betah. Tapi coba bertahan saja. Setelah satu tahun ternyata dapat istri orang sini," ujar dia.
Hery sempat dipindahtugaskan satu tahun ke Desa Sebemban, Kecamatan Muara. Desa itu tidak dialiri listrik.
Meski harus menanggung kebutuhan keluarga, gaji Hery saat itu hanya Rp 200.000.
Setahun kemudian, Hery kembali bertugas ke desa tanpa daratan.
Dua tahun bekerja gajinya naik Rp 325.000. Kemudian, 4 tahun berselang gajinya menjadi Rp 480.000.
Namun ia pernah tak menerima gaji selama 9 bulan hingga hampir menyerah.
“Tapi di tahun itu juga gaji mulai mandek. Kadang tidak gajian 7 bulan. Bahkan pernah sampai 9 bulan tidak gajian. Saya mau menyerah jadi guru,” kenang Hery.
Baca juga: Kisah Guru Honorer yang Rela Gaji Minus untuk Berdayakan Lansia
Nuraninya teguh untuk tetap menjadi seorang pendidik, meski harus melewati banyak tantangan.
Ia ikhlas mengabdikan diri menjadi guru di tempat terpencil sekalipun banyak pengajar lainnya yang meminta pindah.
Kesabaran dan perjuangan Hery berbuah manis.
Tahun 2009, Hery dinyatakan lulus CPNS. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat menjadi Plt Kepala SDN 011 Muara Wis, Desa Enggelam.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton | Editor : Dony Aprian)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.