Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Camat Gendong Bayi Positif Corona, Tuding Puskesmas Sebar Hoaks

Kompas.com - 07/10/2020, 20:24 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Video mengenai camat dan sekretaris camat di Kecamatan Lumbis, Nunukan, Kalimantan Utara, mendadak viral setelah mereka mendatangi keluarga bayi 4 bulan yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan menggendongnya.

Tak hanya itu, kedua aparatur sipil negara (ASN) tersebut menuding, informasi dari puskesmas yang menyatakan bayi 4 bulan tersebut terpapar Covid-19 adalah hoaks dan berpesan agar puskesmas jangan menebar kebohongan yang meresahkan masyarakat.

Video tersebut cepat menyebar melalui aplikasi chat instan WhatsApp dan langsung menghebohkan masyarakat.

"Kami enggak enak juga karena kata-kata di video itu menyudutkan kami pihak puskesmas. Akibatnya, masyarakat enggak percaya dengan kami dan situasi sempat memanas," ujar Kepala Puskesmas Mansalong, Kecamatan Lumbis, drg Edy Santoso Budi saat dihubungi, Rabu (7/10/2020).

Baca juga: Santri di Cilacap Positif Covid-19 Bertambah 13 Jadi 39 Orang

Imbauan dan pemberitahuan akan adanya warga Mansalong yang terpapar Covid -19 dan diunggah Puskesmas Mansalong di Facebook juga ramai dengan komentar masyarakat.

Sebagian besar menyudutkan puskesmas dan memaksa agar pihak puskesmas langsung mengumumkan siapa nama pasien tersebut.

Pihak Puskesmas menyikapinya dengan melampirkan Pasal 32 huruf i Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Pasal 17 huruf h angka 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).

"Pihak Puskesmas sempat menggelar rapat dan memutuskan menutupnya sementara waktu dengan catatan pasien IGD ditangani pustu terdekat, tapi kami rapatkan kembali, karena dampaknya memang luar biasa video itu," kata Edy.


Camat meminta maaf

Camat Lumbis Muhammad Effendy kemudian meminta maaf dan tersadar video yang dia unggah tersebut justru semakin menimbulkan keresahan masyarakat dan terlanjur menyudutkan pihak puskesmas.

‘’Saya sudah minta maaf, saya share di akun FB saya juga, itu terjadi spontan, saya melihat kondisi si bayi sangat sehat, saya gendong gendong dan mengatakan kalimat yang tidak sepantasnya terucap,’’kata Effendy melalui sambungan telepon.

Baca juga: Kemenkes Jadi Ujung Tombak Vaksinasi Covid-19

Ia mengaku tidak ingin membuat masyarakat Lumbis ketakutan karena adanya kasus corona di wilayahnya, terlebih saat ini pasar menjadi sepi karena ayah si bayi merupakan salah satu pedagang di pasar tersebut.

Effendy juga sudah bertemu langsung dengan kepala Puskesmas Mansalong drg. Edy untuk menyampaikan permohonan maaf, sekaligus merapatkan langkah selanjutnya dalam penindakan dan pencegahan penyebaran covid-19 di Mansalong.

‘’Saya akan menjalani apa yang disarankan tim medis puskesmas, mungkin saya dan sejumlah orang yang datang berkunjung ke rumah bayi akan rapid test,’’katanya.

Bayi sangat aktif dan terlihat sehat

Paman bayi, Suharly Lanung mengaku sempat tidak percaya jika keponakannya terpapar corona. Kondisi bocah itu terlihat demikian sehat, ceria dan aktif.

Sehingga, saat menerima kunjungan dari camat dan sejumlah orang yang menjenguk bayi, tidak ada yang melarang, bahkan mereka membiarkan saja ketika bayinya digendong bergantian.

"Kami dapat kunjungan, mereka melihat si bayi, sehat sekali itu bayi, makanya mereka berani gendong-gendong," katanya.

Saat berkunjung, camat berharap kunjungan tersebut bisa meyakinkan masyarakat bahwa kondisi bayi baik-baik saja sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Tapi jadi ramai memang dan petugas kesehatan juga mengimbau untuk menjaga jarak dan meminta kami isolasi mandiri,"katanya.

Rapid test


Menanggapi kasus ini, juru bicara Satgas Covid-19 Nunukan Aris Suyono mengatakan, sudah menerima kiriman video yang menjadi kehebohan di tengah masyarakat tersebut.

Aris meminta camat, sekcam dan sejumlah orang lain yang berkunjung ke rumah si bayi menjalani isolasi mandiri.

"Sejak Minggu kemarin kita sudah tracing, selain kontak erat ada juga penilaian risiko. Kalau untuk kasus camat, kita sudah sarankan kepada beliau untuk melakukan isolasi mandiri dulu, seminggu kemudian baru kita rapid test,’’jawab Aris.

Menurut Aris, masa inkubasi rata rata terjadi selama 5 sampai 6 hari, dan selama itu pula antibodi kontak erat baru keluar, sehingga percuma apabila langsung melakukan rapid test terhadap yang bersangkutan.

‘’Artinya kalaupun dia terpapar, tujuh hari kemudian antibodinya baru keluar, kalau di-rapid sekarang tetap negatif hasilnya. Kita sarankan dia jalani isolasi mandiri dulu.’’jelasnya.

Baca juga: Seorang Pegawai Positif Corona, PN Pekanbaru Batasi Pelayanan

Bayi laki laki berusia 4 bulan di Desa Mansalong, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, dinyatakan positif Covid-19.

Hasil penelusuran Satgas Penanganan Covid-19 Nunukan, bayi itu merupakan pelaku perjalanan dari Samarinda pada 2 September 2020 dan pulang pada 10 September.

Tidak ada gejala apapun selama sepekan pascapulang dari Samarinda. Namun, pada 14 September, si bayi mengalami sakit dan bibirnya membiru.

Keluarga membawanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Kabupaten Malinau.

Dokter menemukan gejala mirip Covid-19 dan berinisiatif melakukan rapid test, yang ternyata hasilnya reaktif.

Saat diambil sample swab-nya pada 21 September, hasilnya juga positif, sehingga ditindak lanjuti dengan pengiriman notifikasi sample swab ke Balai Besar Laboratorium dan Kesehatan (BBLK) Surabaya.

‘’Hasil pemeriksaan swabnya positif, kami sudah meminta tim medis puskesmas Mansalong melakukan tracing dan mengawasi keluarga bayi,’’kata Aris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com