Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Api Abadi Mrapen yang Kini Padam, Konon Muncul Saat Tongkat Sunan Kalijaga Tertancap di Tanah

Kompas.com - 06/10/2020, 07:02 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobokan untuk pertama kalinya dalam sejarah padam total pada 25 September 2020 lalu.

Api abadi yang menyala 25 sentimeter dari mulut pipa sudah tak tak terlihat lagi.

Sebelum padam total, api abadi itu mengecil selama sepekan. Saat itu petugas berusaha membongkarnya dan bau khas gas serta suara gemuruh dari dalam tanah masih terdengar.

Setelah padam, petugas sempat membiarkannya selama lima hari dengan harapan api abadi itu akan berkobar lagi.

Nihil. Hingga Selasa (25/10/2020) api abadi tersebut tak pernah menyala lagi.

Baca juga: Ganjar Sebut Tak Ada Izin Resmi Pengeboran Sekitar Api Abadi Mrapen

Dipercaya muncul dari tongkat Sunan Kalijaga

Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6/2015). Tradisi ini rutin dilakukan setiap satu tahun sekali. Api yang telah diambil ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan hari dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.Kompas.com/Puthut Dwi Putranto Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6/2015). Tradisi ini rutin dilakukan setiap satu tahun sekali. Api yang telah diambil ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan hari dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.
Konon Api Abadi Mrapaen muncul di masa Sunan Kalijaga. Kala itu Sunan Kalijaga sedang mencari sumber air untuk prajuritnya. Ia kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah.

Tak lama kemdian lubang bekas tongkat Sunan Kalijaga menyemburkan api yang diyakini masyarakata sebagai titik awal munculnya sumber Api Abadi di Mrapen.

Sunan Kalijaga kemudian menancapkan kembali tongkatnya di tempat lain. Di lokasi kedua tersebut mundul semburan air yang bersih dan bening.

Baca juga: Api Abadi Mrapen Diupayakan Kembali Menyala, Seperti Apa?

Semburan air yang tak jauh dari titik api tersebut kemudian dimanfaatkan rombongan prajurit Sunan Kalijaga untuk minum. Saat ini, titik yang berdiameter tiga meter dengan kedalaman sekitar 2 meter itu diberi nama Sendang Dudo.

Api biru di Mrapen tersebut mengukir sejarah panjang dan kerap dijadikan sumber nyala api obor beberapa agenda nasional dan internasional.

Dimulai pada tahun 1963. Saat itu api biru di Mrapen digunakan untuk nyapa api obor pesta olahraga Ganefo pada 1 November 1963.

Baca juga: Api Abadi Mrapen Padam, Ini Penjelasan Ahli Geologi

Saat itu ada 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin yang datang dan ikut bertanding.

Api Abadi Mrapen juga digunakan untuk nyala obor Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII pada 23 Agustus 1966 lalu.

Selain itu, selama bertahun-tahun Api Abadi Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor saat upacara Hari Waisak bagi umat Budha di Jawa Tengah.

Baca juga: Cerita Api Abadi Mrapen yang Padam, Kerajaan Majapahit hingga Api Obor Asian Games

Api sempat mengecil pada tahun 1966

Puluhan umat Buddha melantunkan doa sebelum ritual pengambilan Api Dhamma Tri Suci Waisak 2562 BE 2018 di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2018). Api yang diambil ini akan disemayamkan di Candi Mendut hingga keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Puluhan umat Buddha melantunkan doa sebelum ritual pengambilan Api Dhamma Tri Suci Waisak 2562 BE 2018 di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2018). Api yang diambil ini akan disemayamkan di Candi Mendut hingga keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.
Dari catatan pengelola Api Abadi Mrapen, api biru di Desa Manggarmas tersebut juga pernah mengecil pada tahun 1966 lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com