Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Api Abadi Mrapen Padam, Ini Penjelasan Ahli Geologi

Kompas.com - 05/10/2020, 19:17 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Ahli geologi yang diterjunkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng menyebut ada beberapa faktor penyebab padamnya Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jateng.

Di antaranya, kantong gas alam yang mensuplai Api Abadi Mrapen telah habis dan tertutupnya jalan keluar gas alam (conduit) berupa retakan tanah karena deformasi.

Selanjutnya yang terakhir dugaan mengarah ke akibat efek pengeboran sumur yang berjarak sekitar 150 meter dari Api Abadi Mrapen.

Baca juga: Api Abadi Mrapen yang Melegenda Itu Kini Telah Padam...

 

Sebagai catatan, pengeboran untuk mencari sumber air yang digagas toko waralaba pada 12 September tersebut justru memicu semburan air bercampur gas setinggi 25 meter.

Pengeboran sedalam 30 meter tersebut pun akhirnya dihentikan. 

"Bisa diindikasikan dari ketiga penyebab di atas, poin ketiga lah yang paling mendekatisebagai penyebabnya," ujar Handoko Teguh Wibowo, ahli geologi yang digandeng ESDM Provinsi Jateng untuk observasi dan mitigasi serta solusi soal padamnya Api Abadi Mrapen saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/10/2020).

Dia menjelaskan gas alam (metana) sebagai sumber api di tungku Mrapen mengalami penyusutan suplai bahkan habis karena bermigrasi dan keluar di lubang bor yang berwujud semburan air bercampur gas.

Jadi, gas bermigrasi ke lubang sumur yang menyembur, karena di sumur bor itu terlihat gas metana yang kuat tekanannya. Terlebih sumur hanya berjarak 250 meter dari Api Abadi Mrapen.

Menurut Dosen di Jurusan Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ini, secara geologi, di area sekitar Api Abadi Mrapen bersemayam kantong-kantong gas di kedalaman dangkal kurang dari 50 meter. 

Sehingga, sambung jebolan Teknik Geologi UGM dan (S2) Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA ini,  tidak heran jika sumur bor air penduduk banyak yang berujung mengeluarkan gas.

Dan, jika sumur bor yang mengeluarkan gas berjumlah banyak maka secara otomatis akan mempengaruhi umur nyala Api Abadi Mrapen karena bidang pengurasannya  akan lebih luas. 

"Semakin banyak sumur di sekitar yang keluar gas akan mempengaruhi nyala Api Abadi Mrapen. Berdasarkan info yang saya peroleh di lapangan, ternyata pasca kejadian semburan air bercampur gas dari pengeboran sumur bor milik toko waralaba, banyak kompor penduduk yang suplai gas diperoleh dari sumur bor yang keluar gas, mendadak mati. Salah satunya keluhan dari penjual es degan yang sudah puluhan tahun menggunakan gas alam dekat kawasan Api Abadi Mrapen," ungkap Handoko yang sudah sering meneliti gas rawa di Kabupaten Grobogan ini.

Baca juga: Api Abadi Mrapen Padam Diduga karena Pengeboran Sumber Mata Air

Sementara itu, David Diyanto, pengelola Api Abadi Mrapen, membenarkan jika jamak sumur bor air milik penduduk sekitar Api Abadi Mrapen yang kemudian berujung menyemburkan gas.

Terakhir, pada 12 September 2020 lalu yaitu  pengeboran sumur air sedalam 30 meter  yang digagas toko waralaba justru memicu semburan air bercampur gas setinggi 25 meter.

Pengeboran yang berjarak sekitar 150 meter dari Api Abadi Mrapen tersebut akhirnya dihentikan.

"Api Abadi Mrapen mulai meredup hingga akhirnya padam total pada 25 September, puncaknya sejak ada pengeboran di belakang toko waralaba tak jauh dari Api Abadi Mrapen. Sebelumnya memang banyak sumur bor air milik warga yang juga akhirnya menyemburkan gas," jelas David.

Untuk diketahui, Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah padam total untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 25 September 2020. 

Hingga saat ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng masih berupaya melakukan kajian terkait penyebab terhentinya suplai gas di sumber api legendaris tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com