Pada minggu ke empat, para pelajar diminta berbuat baik kepada orang yang tidak dikenal, tanpa memedulikan suku, ras, ekonomi, status sosial dan lainnya.
Hal itu bisa dilakukan dengan membantu orangtua menyeberang jalan, membantu seseorang yang kesulitan saat parkir kendaraan, dan lainnya.
“Setiap selesai latihan itu, mereka saling bercerita satu sama lain,” terang Sulis.
Hal itu yang dilakukan Sulis dalam mengajarkan Pancasila kepada muridnya. Ia berharap, muridnya memiliki karakter yang baik secara spontan.
Sebab, saat ini pelajar lebih peduli dengan gawai ketimbang lingkungan sekitar. Dampaknya, rasa persaudaraan antar-sesama menipis.
“Dari situ saya berpikir ingin merubah keadaan,” ucap dia.
Baca juga: Pameran Foto Grubug Ageng, Potret Perjalanan Pandemi Covid-19 di Bali
Kepada muridnya, Sulis mengajarkan, orang yang sukses adalah yang bisa melayani banyak orang, seperti presiden.
“Ukuran sukses kami persiapkan mulai sekarang,” tambah dia.
Pendamping korban kekerasan seksual
Sulis tak cuma aktif sebagai tenaga pendidik. Ia juga aktif mendampingi korban pelecehan seksual.
“Kalau ada murid yang jadi korban kekerasan seksual, saya bantu,” terang dia.
Sulis juga menjadikan rumahnya sebagai tempat singgah bagi para korban pelecehan seksual. Ada korban pemerkosaan yang sedang hamil tinggal di rumah itu.
“Dia tinggal di rumah saya sampai menunggu kelahiran,” ucap dia.