KULON PROGO, KOMPAS.com- Pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) berdampak pada semua sektor.
Wisata dan edukasi di kawasan pedesaan pun kena imbas.
Seperti di pedukuhan atau dusun Segajih, Kalurahan (desa) Hargotirto, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wisatawan tidak ada lagi sejak Covid-19 melanda negeri. Segajih pun kini sepi.
“Sabtu dan Minggu selalu ada tamu outbound, susur sungai dan live in. Pandemi hancurkan situasi ini. Tidak ada pengunjung. Desa lockdown sejak Maret. Kami tidak berani buka. Desa mengharuskan semua off,” kata Ali Subhan di rumahnya, belum lama ini.
Baca juga: Hari Ini Saya Memakai Batik Berasal dari Aceh, Bagus Kan?...
Wisatawan, banyak usia pelajar, juga datang untuk menikmati alam pedesaan, belajar gamelan, menari tradisional, melukis, camping hingga tinggal beberapa hari sambil mengikuti kebiasaan warga, seperti membuat gula merah.
Warga pedukuhan memperoleh tambahan penghasilan dari semua kegiatan wisata itu.
Pandemi datang, kegiatan wisata libur, potensi menganggur jadi terbuka. Ali tidak menyerah dengan keadaan. Dia memberanikan diri banting setir ke usaha batik.
“Lockdown membuat kita kepepet, tidak ada kegiatan lain, lantas ngapain? Kita di rumah saja tidak ke mana-mana. Ayo kita membatik. Kami memberanikan diri, nekat, (meski) tidak punya teman yang bisa nyanting,” kata Ali yang juga konseptor Desa Wisata Segajih.
Usaha batik karena Ali adalah seorang guru seni rupa yang punya pengetahuan dasar membatik.
Baca juga: Wapres: Batik Merupakan Refleksi Keberagaman Budaya Indonesia
Alasan lain, dia berharap bisa mengembangkan produk khas Segajih, tidak hanya slayer dan sapu tangan batik.
Sehingga, ketika Segajih buka lagi untuk wisatawan, maka dusun ini siap dengan produk khas oleh-oleh yang lebih menarik.