Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Teguh, Kehilangan Tangan akibat Tergulung Mesin Aspal Beton, Perusahaan seperti "Lepas Tangan"

Kompas.com - 02/10/2020, 08:19 WIB
Teguh Pribadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Akibat kecelakaan saat bekerja, Teguh Syahputra Ginting (20) harus rela kehilangan tangan kirinya. Peristiwa itu membuat ia cacat seumur hidup di usia yang tergolong muda.

Peristiwa itu naas itu terjadi sekitar 6 bulan lalu. Tepatnya pada Rabu 15 April 2020 di PT Agung Beton Perdana, perusahaan pembuat aspal beton maupun hotmix untuk kebutuhan pembangunan jalan Tol.

Perusahaan yang beralamat di Jalan Medan Kilometer 7, Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba itu tergolong masih baru beroperasi di Kota Pematangsiantar.

Baca juga: Dikira Mahasiswa, 2 Buruh Bangunan Babak Belur Dikeroyok Polisi dan Motornya Dihancurkan

Tahun 2019, pria yang tinggal Jalan Arga Sari Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari itu mulai bekerja sebagai buruh pembuat aspal beton dengan perjanjian kontrak selama 6 tahun.

"Kalau seragam gak ada. Helm, sepatu boot dan sarung tangan ada dikasih," ucap Teguh melalui panggilan video WhatsApp Ayahnya, Lili M Yusuf Ginting, saat ditemui di Jalan Sipirok Kota Pematangsiantar, Kamis (1/10/2020).

Teguh bukan teknisi. Ia bekerja sebagai buruh yang menangani produksi. Saat itu kata dia, pada mesin conveyor terlihat karet belting tak layak pakai. Oleh pengawas mereka disuruh menjahit karet belting yang nyaris koyak itu.

"Waktu itu saya membersihkan karet belting conveyor. Kalau saya tidak bersihkan, mesin rusak. Jadi material produksi jatuh ke dalam, kalau gak dibersihkan makin parah koyaknya," katanya.

Baca juga: Cerita Sukardi, Lumpuh karena Kecelakaan Kerja, Kini Buat Produk Kreatif dari Bambu

 

Detik-detik tangannya tergulung mesin

Pada saat membersihkan tiba tiba operator menghidupkan mesin tersebut. Posisi tangan kirinya berada di dalam conveyor yang menyala.

"Pas saya masuk, hidup mesinnya tergulung tangan saya. Yang menghidupkan mesin operator," ucapnya.

Teguh Syahputra pun langsung dilarikan ke RS Vita insani Pematangsiantar untuk mendapatkan pertolongan.

Tak lama setelah itu ia dirujuk ke RS Murni Teguh Kota Medan. Disana tangannya sebelah kirinya diamputasi dan menjalani perawatan berminggu-minggu.

"Karena kotor kami berinisiatif membersihkannya. Karena karet belting itu sudah tak layak lagi," kata Teguh mengakui bahwa perbaikan mesin itu seharusnya ditangani teknisi.

 

Upaya keluarga meminta pertanggungjawaban perusahaan

Mendengar cerita itu, Lili pun tak mampu menahan sedih. Beberapa kali Ayahnya itu mencoba menemui pihak perusahaan untuk mempertanyakan kecelakaan kerja yang dialami Teguh.

Apalagi peristiwa itu anaknya sampai kehilangan tangan kiri dan cacat seumur hidup. Berupaya bertemu, Lili merasa pihak perusahaan seperti lempar bola.

Lili mengatakan, pernah satu kali pihak perusahaan menawarkan uang Rp 10 Juta sebagai ganti rugi.

Mendengar itu Lili merasa kecewa sebab dirinya tak bermaksud meminta penawaran apa apa.

Tak cuma itu, pihak perusahaan, kata Lili belum pernah menjenguk anaknya atau berkomunikasi.

"Seharusnya orang itu punya itikad baik selesaikan kasus anakku yang kehilangan tangannya karena kecelakaan kerja," ucapnya sedih.

Diadukan ke polisi

Pihak perusahaan melalui Rusdi selaku HRD PT Agung Beton Perdana menjawab konfirmasi wartawan dari Pematangsiantar.

Menurutnya, klaim BPJS Ketenagakerjaan sedang diproses. Selain itu, pasca kecelakaan upah yang diterima Teguh tiap bulannya masih diberikan.

Meski demikian, perusahaan tersebut tetap dilaporkan oleh Teguh dan ayahnya ke Polres Pematangsiantar, pada Selasa (29/9/2020) kemarin.

Polisi pun menerima laporan pengaduan korban dan mulai memproses persoalan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com