Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Madiun: Sejarah Kekejaman PKI Tidak Boleh Diutak-Atik

Kompas.com - 01/10/2020, 16:21 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Bupati Madiun, Ahmad Dawami yang akrab disapa Kaji Mbing mengatakan, sejarah kekejaman PKI yang membantai kiai dan ulama tidak boleh diutak-atik lagi.

Untuk itu, setiap momen peringatan Kesaktian Pancasila harus dimaknai perjuangan para pahlawan melawan kekejaman PKI.

“Momen ini mengingatkan semuanya pada saat itu banyak pejuang kita dari TNI, Polri, kiai dan ulama wafat karena keganasan PKI. Untuk itu tidak boleh sejarah itu diutak-atik lagi,” kata Kaji Mbing, usai memimpin peringatan hari Kesaktian Pancasila, di Monumen Kresek, di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (1/10/2020).

Monumen Kresek akrab disebut sebagai monumen kekejaman PKI karena sebagai saksi bisu tempat keganasan PKI membantai para tokoh ulama dan kiai di tahun 1948 yang dibangun sejak 1987.

Baca juga: 16 Tenaga Medis RSUD Soedono Madiun Sembuh dari Covid-19, Dipulangkan Hari Ini

 

Setiap tanggal 1 Oktober, Pemerintah Kabupaten Madiun menggelar upacara memperingati hari Kesaktian Pancasila di monumen tersebut.

Kaji Mbing menyebut, Monumen Kresek tidak hanya didirikan sebagai saksi kekejaman PKI membunuh ulama dan kiai.

Di tempat itu juga tercetak sejarah para pejuang menyerang PKI hingga akhirnya mereka lari ke Ponorogo.

“Dari tempat ini PKI dipukul mundur dan mereka lari ke Ponorogo. Pada saat itu kita dinyatakan menang dari PKI,” kata Kaji Mbing.

MONUMEN KRESEK—Bupati Madiun, Ahmad Dawami bersama Forpimda berada di salah satu titik Monumen Kresek setelah mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila, Kamis (1/10/2020).KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI MONUMEN KRESEK—Bupati Madiun, Ahmad Dawami bersama Forpimda berada di salah satu titik Monumen Kresek setelah mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila, Kamis (1/10/2020).

Kaji Mbing mengatakan, sejarah kelam kekejaman PKI di Madiun terjadi dua kali yakni tahun 1948 dan tahun 1965.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com