MADIUN, KOMPAS.com - Bupati Madiun, Ahmad Dawami yang akrab disapa Kaji Mbing mengatakan, sejarah kekejaman PKI yang membantai kiai dan ulama tidak boleh diutak-atik lagi.
Untuk itu, setiap momen peringatan Kesaktian Pancasila harus dimaknai perjuangan para pahlawan melawan kekejaman PKI.
“Momen ini mengingatkan semuanya pada saat itu banyak pejuang kita dari TNI, Polri, kiai dan ulama wafat karena keganasan PKI. Untuk itu tidak boleh sejarah itu diutak-atik lagi,” kata Kaji Mbing, usai memimpin peringatan hari Kesaktian Pancasila, di Monumen Kresek, di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (1/10/2020).
Monumen Kresek akrab disebut sebagai monumen kekejaman PKI karena sebagai saksi bisu tempat keganasan PKI membantai para tokoh ulama dan kiai di tahun 1948 yang dibangun sejak 1987.
Baca juga: 16 Tenaga Medis RSUD Soedono Madiun Sembuh dari Covid-19, Dipulangkan Hari Ini
Setiap tanggal 1 Oktober, Pemerintah Kabupaten Madiun menggelar upacara memperingati hari Kesaktian Pancasila di monumen tersebut.
Kaji Mbing menyebut, Monumen Kresek tidak hanya didirikan sebagai saksi kekejaman PKI membunuh ulama dan kiai.
Di tempat itu juga tercetak sejarah para pejuang menyerang PKI hingga akhirnya mereka lari ke Ponorogo.
“Dari tempat ini PKI dipukul mundur dan mereka lari ke Ponorogo. Pada saat itu kita dinyatakan menang dari PKI,” kata Kaji Mbing.
Kaji Mbing mengatakan, sejarah kelam kekejaman PKI di Madiun terjadi dua kali yakni tahun 1948 dan tahun 1965.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.