Setelah lulus kuliah, Wasnan kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai guru.
Meski demikian, Wasnan tetap menekuni profesi sebagai petani yang telah menghantarkanya hingga lulus di perguruan tinggi.
Keputusannya tetap melanjutkan sebagai petani karena hasil dari pertanian cukup menjanjikan.
"Tetap berlanjut, sambil kerja di sekolah. Pulang dari sekolah, sore ya ke sawah atau pagi sebelum berangkat ke sekolah," ungkapnya.
Wasnan menyampaikan, menjadi petani jika ditekuni dengan serius maka akan membuahkan hasil yang menjanjikan.
Bahkan, kata dia, untuk hasilnya bisa dikatakan melebihi gaji seorang pegawai.
"Ini saya bicara sebelum ada Covid-19, kalau tekun, rajin hasilnya itu malah bisa dikatakan melebihi sebagai seorang pegawai. Dengan catatan, menanam sayuran sesuai permintaan pasar baik supermarket sama hotel," tuturnya.
Diakuinya, di desanya memang banyak petani-petani muda.
Namun, ada juga yang tidak mau ke sawah karena "gengsi".
Padahal orangtua mereka seorang petani.
"Tapi teman-teman terus berusaha memancing supaya mereka mau bertani, tapi ya harus pelan-pelan," ungkapnya.
Petani muda di kampungnya, juga menanam komoditas aneka sayuran.
Sebab, harga beberapa sayur terbilang cukup tinggi.
"Lumayan tinggi, Asparagus itu kalau diambil supplier bisa Rp 60.000 per kilo," urainya.
Namun demikian, petani juga harus bisa menyesuaikan dengan syarat-syarat pasar atau yang diinginkan oleh supermarket dan hotel.
"Kita juga memikirkan ke pasarnya bagimana supaya lancar. Permintaan dari supplier seperti apa, lalu kita dalam memproduksi ya harus sesuai, misalnya cara memetiknya," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.