Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tepu, Tubuhnya Kaku Seperti Kayu Selama 25 Tahun, Berawal Kencing di Pohon

Kompas.com - 30/09/2020, 10:11 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Sudah 25 tahun Tepu (40) menderita penyakit yang menyebabkan tubuhnya kaku seperti kayu.

Warga Lingkungan Kampung Nipa, Kelurahan Bentengnge, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan itu hanya bisa berbaring seharian di kasurnya.

Tepu ingat terakhir kali ia bergerak leluasa ialah saat berusia 15 tahun. Ketika itu dirinya kencing di bawah pohon kayu.

Semenjak kejadian tersebut, kata Tepu, tubuhnya menjadi kaku.

"Waktu itu saya pergi kencing di bawa pohon kayu. Dan beberapa hari kemudian tubuh saya kaku tidak bisa digerakkan sampai sekarang," kata Tepu, saat ditemui Kompas.com, Selasa (29/9/2020).

Baca juga: Kisah Tepu, Selama 25 Tahun Tubuhnya Kaku Seperti Kayu, Tinggal di Gubuk Bersama Ibu yang Renta

Kondisi Tepu

Ilustrasi kakiFotoDuets Ilustrasi kaki
Tepu merasakan kaku mulai dari bagian perut hingga ke ujung kakinya.

Badannya pun terlihat kurus. Di bagian paha dan betis juga terlihat tulangnya hingga menonjol.

Untuk membalikkan badan pun, Tepu merasakan kesulitan.

Belum lagi kalau ingin buang air besar dan mandi, Tepu harus berguling sampai ke lubang di dalam kamarnya.

Namun karena tak memiliki biaya, Tepu tak bisa memeriksakan kondisi tubuhnya.

Baca juga: Kisah Pilu Meliasari, 12 Tahun Terbaring di Kasur, Sejak Bayi Ditinggalkan Orangtua

 

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Tinggal di gubuk seng, ibunya pun lumpuh

Di gubuk berdinding seng, Tepu tinggal bersama ibunya, Manna (80) dan saudara iparnya, Saiyya (45).

Manna sudah tidak bisa berbuat banyak karena lumpuh setelah jatuh dari sepeda motor.

Peristiwa itu terjadi setelah Tepu mengalami kekakuan di tubuhnya.

Tepu dan Manna hanya bisa menggantungkan hidup kepada Saiyya yang membantu mencuci, membersihkan rumah hingga menyiapkan makanan.

Saiyya juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk makan.

Tak jarang mereka harus berpuasa karena tidak punya beras.

Baca juga: Kisah Pilu Selamet, Mata Melotot dan Kulit Melepuh, Dibawa ke RS dengan Uang Pinjaman

Kesulitan biaya

Saiyya dahulunya bekerja sebagai buruh cuci keliling dengan gaji Rp 35.000 per bulan.

Sejak 2018 dia sudah berhenti dari pekerjaan tukang cuci karena tangannya bengkak dan gatal-gatal.

Sesekali dirinya ikut memanen rumput laut dengan upah Rp 15.000.

Saiyya berharap pemerintah mau membantu keluarganya yang mengalami kesulitan.

Memang keluarganya pernah mendapatkan bantuan beras, namun baru sekali.

"Semoga pemerintah bisa melirik kami yang memang benar-benar susah, untuk biaya berobat saja tidak ada, apalagi membeli beras," tuturnya.

Lurah Bentengnge Muhammad Kasim membenarkan Tepu dan ibunya sudah lama sakit.

"Pernah ada bantuan tahun 2019 dari Dinas Sosial seperti beras dan susu kepada Tepu tapi itu hanya sekali," tuturnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bulukumba, Nurwahidah | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com