Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Bibit Beringin, Edi Ingin Kembali Hidupkan Sumber Air di Gunungkidul

Kompas.com - 30/09/2020, 08:00 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Dipilihnya beringin sebagai tanaman penjaga air bukan tanpa alasan. Pohon yang akan tumbuh besar itu mampu menangkap air hujan, dan akarnya jauh masuk ke dalam tanah.

Dia dibantu beberapa teman yang tergabung dalam komunitas ini mencari pohon beringin besar, kemudian dijadikan bibit baru untuk ditanam. 

Caranya dengan setek pohon, dan ditanam menggunakan polibag.  Butuh paling tidak setahun untuk menjadikan bibit beringin siap tanam.

“Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan sendirinya butuh dua tahun, dan selama dua tahun itu perlu disiram. Untuk itu perlu menggandeng orang sekitar,” ucap Edi.

Baca juga: Gagal Panen karena Kekeringan, Warga Terpaksa Konsumsi Ubi Hutan Beracun

Sebanyak 13 komunitas dan pokdarwis yang digandengnya sudah mulai bertumbuh, berasal dari Kapanewon Playen, Gedangsari, Saptosari, Nglipar, dan Semin.

Saat ini ada ratusan pohon yang beberapa tahun akan ditanam. Sudah ada beberapa lokasi sumber mata air yang mulai ditanami pohon beringin.

“Akan ada dampaknya mungkin puluhan tahun ke depan, yang terpenting saat ini kita mulai bergerak selamatkan mata air,” ucap dia. 

“Saya terinspirasi mbah Sadiman asal Wonogiri yang mampu menghijaukan daerahnya, namun disini diubah menjadi berbasis komunitas,” ucap dia. 

Air Bisa Jadi Sumber Masalah Sosial 

Edi menceritakan, kawasan Gunungkidul sebenarnya banyak sumber air, tapi sudah tidak terawat.

Seperti di Kapanewon Nglipar, ada wilayah yang daerahnya memiliki 15 sumber air, tapi saat ini yang masih berfungsi dengan baik hanya lima sumber.

Lainnya sudah tidak mengalir karena beberapa faktor seperti gempa 2006 hingga kurang terawatnya konservasi di sekitarnya.

Baca juga: Kekeringan Meluas di Gunungkidul, 129.000 Jiwa Terdampak

Saat ini masyarakat di sekitar sumber mulai bangkit dan ingin mengembalikan sumber mata air yang mati, dengan menanam pohon.

Edi menilai tidak mudah mengajak masyarakat untuk menanam beringin, karena terkadang lahan di sekitar sudah ditanami pakan ternak.

“Masalah air jika tidak diatasi sejak sekarang ke depan akan menjadi masalah sosial,” ucap Edi.

“Gunungkidul itu memiliki tiga karakter, yakni Batur agung sisi utara, Ledok tengah, dan pegunungan seribu, yang memiliki karakteristik sumber air berbeda. Pemerintah belum memiliki program jangka panjang untuk menyelesaikan persoalan kekurangan air,” sambungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com