Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Kodingareng Sulsel Ketakutan, Merasa Diteror Polisi, Rumah Difoto, Lemari Dibongkar

Kompas.com - 29/09/2020, 14:37 WIB
Himawan,
Khairina

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Warga di Pulau Kodingareng Lompo masih merasakan intimidasi dan teror dari aparat kepolisian, buntut dari perusakan Kapal Boskalis saat aksi demo penolakan tambang pasir laut di perairan Makassar beberapa waktu lalu.

Salah satu nelayan Pulau Kodingareng Lompo, Daeng Pasang, mengatakan, aparat kepolisian masih sering mendatangi pulau untuk mencari beberapa nelayan. 

Meski berdalih silaturahmi, Daeng Pasang mengatakan, para polisi yang datang dengan mengambil foto beberapa rumah warga justru membuat warga ketakutan.

"Alasannya mau silaturahmi, tertanyata masuk ke rumah warga yang dia cari. Sampai bongkar lemari, katanya cari baju warga yang dipakai aksi," kata Daeng Pasang, Selasa (29/9/2020).

Baca juga: Walhi dan Nelayan Kodingareng Ajak Gubernur Sulsel Dialog soal Tambang Pasir

Rentetan penangkapan, kedatangan polisi, serta penggeledahan rumah para nelayan kata Daeng Pasang membuat sebagian nelayan kini tidak melaut. 

Mereka beralih pekerjaan dengan mencari penghasilan lain di daratan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

"Kita mau bagaimana lagi kalau terus-terus dikasih takut-takut begini. Kami hanya mau tambang pasir itu dicabut izinnya dan berhenti," ujar Daeng Pasang. 

Tak sedikit warga, terutama nelayan dan perempuan di Kodingareng, kata Daeng Pasang, mengalami trauma.

Para nelayan khawatir, bila melaut, mereka akan ditangkap tiba-tiba oleh polisi. 

Nelayan yang dicari polisi pun kini telah meninggalkan pulau dan keberadaannya sampai saat ini belum diketahui. 

"Nelayan itu yang dicari, juga sudah lama tinggalkan rumahya. Tidak tahu dimana sekarang. Selama polisi masih sering ke sini, kami masih ketakutan," kata Daeng Pasang. 

Baca juga: Gubernur Sulsel Bantah Terlibat Tambang Pasir di Perairan Pulau Kodingareng

Sementara itu, Direktur Polairud Polda Sulsel Kombes Pol Hery Wiyanto mengatakan, pihaknya masih terus melakukan penyelidikan terkait aksi unjuk rasa yang berujung pelemparan bom molotov dan pemotongan kabel pneumatic kapal PT Royal Boskalis, Sabtu (13/9/2020) lalu. 

Untuk itu, kata Hery, pihaknya masih terus mendatangi Pulau Kodingareng lantaran polisi mengidentifikasi pelaku perusakan kapal merupakan nelayan yang tinggal di Pulau Kodingareng. 

Terakhir, polisi mendatangi pulau pada 25 September 2020 lalu. Namun rumah yang didatangi masih kosong. 

"Belum datang orangnya. Makanya masih kita cari. Ini bagian dari penyelidikan laporan masyarakat," kata Hery. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com