Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua IDI Jambi: Kalau Kami Mati Siapa yang Bisa Menolong?

Kompas.com - 28/09/2020, 19:04 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Jambi melalui Gugus Covid-19 Kota Jambi mengeluarkan aturan untuk memperketat kegiatan luar ruangan di Kota Jambi, Senin (28/9/2020) ini.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Jambi mengapresiasi kebijakan ini. Namun, menurut IDI, kebijakannya masih setengah-setengah.

"Kenapa nggak PSBB aja sekalian. Jangan setengah-setengah, sama saja seperti sebelumnya," kata Deri Mulyadi, ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi, saat dihubungi via telepon pada Senin (28/9/2020).

Dia mengatakan, tim medis yang paling cemas dan panas dingin melihat kondisi di Jambi.

Terkait rencana penambahan rumah isolasi oleh Pemerintah Kota Jambi, Deri sudah mengatakan hal itu sejak awal Covid-19 merebak.

"Saya sudah bilang sejak awal, sediakan satu gedung atau satu rumah sakit dan semua tenaga medsos dari daerah dikerahkan. Tapi sekarang di daerah malah sudah bermunculan," ungkapnya.

Baca juga: Melanggar Protokol Kesehatan, Kampanye Calon Gubernur Jambi Dibubarkan

Dia mengatakan, tenaga medis terus menangani orang sakit, orang melahirkan. Kini rumah sakit sudah mulai tutup buka.

"Nanti kalau kami mati siapa yang bisa menolong," katanya terkait kebijakan pemerintah yang tidak tegas.

"Apalagi melihat rumah sakit provinsi tutup, rumah sakit kota tutup, Unja juga tutup. Mau gimana lagi nanti," ungkapnya

Dia juga menyinggung tracing dan mapping belum maksimal. Melihat ini, IDI Provinsi Jambi mendesak penerapan penegakan hukum secara tegas.

Law enforcement

Deri Mulyadi selaku ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Jambi mengatakan law enforcement harus jalan dalam penerapan protokol kesehatan.

“Meski pun seperti dugaan awal bahwa angka positif akan terus bertambah. Melihat tingkat disiplin masyarakat rendah dan penerapan protokol yang longgar," katanya.

"Seperti yang sudah saya sampaikan dari awal harus mandiri, dan koordinasi harus bagus serta holistik. Selain itu juga melibatkan ahli, namun ini bukan orang yang ahli di bidangnya yang menangani dan cenderung berorientasi proyek," katanya.

"Saat ini jangan dulu bicara untung rugi, tapi urusan kemanusiaan yang harus didahulukan," katanya.

Dia mencontohkan dokter Andani yang melakukan upaya mandiri di Padang, Sumatera Barat, melakukan tracing dan mapping dengan biaya sendiri.

Baca juga: Putra Wali Kota Jambi Meninggal akibat Covid-19, Kegiatan yang Langgar Protokol Kesehatan akan Dibubarkan

 

Deri mengatakan, saat ini peningkatan penyebaran kasus corona sangat kelihatan dari klaster pemda, dinas Pekerjaan Umum (PU), Universitas Jambi (Unja) hingga rumah sakit.

"Tenaga medis juga panas dingin kalau kondisinya seperti ini. Jadinya kan nggak jelas lagi ketika ujung tombak ini tidak berfungsi lagi," katanya.

Deri mengatakan tidak tahu lagi harus berharap kepada siapa lagi ketika penerapan protokol dan law enforcement-nya tidak berjalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com