Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NTT Jadi Masa Depan Indonesia untuk Energi Listrik Tenaga Surya

Kompas.com - 27/09/2020, 10:03 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Demikian pun lanjut Sugeng, dengan pembangkit listrik, PLN masih gunakan 60 persen pembangkit dari batubara yang murah namun polutif.

"Dunia dengan skema aturan yang tegas memaksa kita untuk gunakan energi baru terbarukan. Produk-produk yang diekspor ke Eropa ke depannya harus dihasilkan dari energi baru terbarukan,” jelasnya.

Ditambah lagi, jelas Sugeng, cadangan minyak bumi Indonesia sesuai penelitian tinggal tiga miliar barel, sementara setiap hari konsumsi minyak kita sekitar 800.000 barel.

Ini berarti kalau tidak ada shifting ke energi baru terbarukan, dalam 10 sampai 12 tahun sumber minyak ini akan habis.

“Energi fosil sudah the end of history atau berakhir. Sudah harus shifting ke energi baru terbarukan. Untuk pembangkit listrik dari energi baru terbarukan, sumbernya ada di NTT,” kata Sugeng.

Pilot project 2.000 MW

Lebih lanjut Sugeng mengungkapkan Komisi VII DPR selain melaksanakan fungsi umum yakni legislasi, anggaran dan pengawasan juga ditambah fungsi problem solving.

Potensi besar NTT ini harus bisa dikembangkan untuk tahap awal sebagai piloct projetnya sekitar 2.000 megawatt untuk pengembangan industri di NTT.

“Kita berobsesi NTT harus bisa jadi pusat pengembangan tenaga matahari dunia. Maka sumberdaya manusia harus disiapkan termasuk perlu dirikan akademi dan balai latihan kerja bertaraf internasional," ujarnya.

Sehingga kata dia, bisa jadi pusat belajar dunia, bahkan tenaga kerja kita bisa dikirim ke luar negeri untuk hal ini. Karena dunia sekarang mengarah ke sana.

Arab Saudi dengan semakin turunnya harga minyak, mulai pikir manfaatkan energi matahari. Tidak boleh terjadi kutukan Sumber Daya Alam (SDA) di NTT.

Untuk mewujudkan ini, lanjut Sugeng, pada hari kelistrikan nasional tanggal 27 Oktober nanti, Komisi VII bersama Gubernur NTT dan pihak terkait lainnya akan menghadap Presiden agar bisa jabarkan potensi ini jadi keputusan politik nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com