Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karwar, Rumah Nin Leluhur Suku Biak, Papua

Kompas.com - 27/09/2020, 09:57 WIB
Kontributor Ciayu Majakuning, Windoro Adi T,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Karwar, lanjutnya, tidak memiliki kemaluan karena nin tak bisa berkembang biak.

Karwar kadang diberi atribut tambahan berupa perisai atau buaya untuk karwar seorang ksatria.

Atribut ular untuk seorang tabib, dan tanaman liar untuk para pemimpin yang melindungi anggota sukunya.

Karwar bagi jasad kepala suku, atau ketua adat, di bagian kepala terpasang tengkorak manusia. Ukuran panjangnya, 50 sentimeter. Nama karwar ini, amfi anir opur bukor.

Baca juga: Cegah Covid-19, Bupati Putuskan Tutup Akses Kapal Pelni Masuk Asmat

Krey menjelaskan, ketika ada anggota keluarga suku Biak yang meninggal, dibuatlah karwar.

Upah bagi pematung karwar adalah piring porselen, gelang logam, gelang siput, makanan, dan parang.

Karwar diletakkan di sisi jenazah. Usai acara ritual, jenazah dikebumikan, sedang karwar di simpan di rumah duka.

Suku Biak yang kemudian tersebar sampai Nabire, Serui, Wasiyor, Manokwari, dan Teluk Cendrawasih ini percaya, nin dalam karwar bisa ikut memelihara dan menjaga kebun, mendatangkan hujan, menjauhkan mereka dari penyakit dan mara bahaya lainnya. Juga melindungi mereka dari musuh, serta memberi petunjuk arah dan lokasi para nelayan dan pemburu binatang.

Kepercayaan itu membuat orang orang Biak berani mengarungi laut untuk berdagang atau berperang.

“Mudah membedakan perahu perang dan perahu dagang orang Biak. Kalau perahu dagang hanya satu, sedang perahu perang, dua muka. Enam orang di perahu perang tersebut bisa berbalik arah duduk, saat mereka membalikkan arah perahu,” tutur Krey sambil menunjukkan kerajinan kayu perahu dagang dan perahu perang, karyanya.

Baca juga: Australia Kembalikan Tengkorak Asli Suku Asmat dan Dayak Hasil Penyelundupan

Bisa jadi, tradisi karwar suku Biak lebih tua dari tradisi bisj suku Asmat.

Sebab, seperti ditulis Rini Maryonea dari Balai Arkeologi Papua di Jurnal Arkeologi Papua, November 2014, di mulut Gua Yenukem, di Desa Makmakerbo, Kecamatan Biak Timur, Biak Numfor, Papua, ditemukan goresan gambar karwar pada batu.

Seni cadas tersebut diperkirakan dibuat di era neolitikum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com