KOMPAS.com - Prasasti in memoriam Soe Hok Gie kembali dipasang di Puncak Mahameru, Gunung Semeru.
Pemasangan dilakukan setelah prasasti Gie pernah diturunkan pada 2012.
Saat itu ada pendaki yang memasang plakat pernikahannya di samping prasasti Gie.
“Diturunkannya gara-gara di sebelah prasasti Soe Hok Gie ada plakat pernikahan,” kata anggota Dewan Adat Gimbal Alas Indonesia, Iwan Priadi, Kamis (24/9/2020).
Baca juga: Prasasti Soe Hok Gie–Idhan Lubis Dipasang di Puncak Mahameru
Kemudian, kata Iwan, prasasti dipindahkan ke puncak pada 1980.
“Karena faktor longsor dan lain sebagainya dipindah ke Puncak oleh Mapala UI sekitar tahun 1980,” kata dia.
Lalu, pada 2012, ada pendaki yang memasang plakat pernikahan di samping prasasti tersebut hingga akhirnya prasasti Soe Hok Gie terpaksa diturunkan.
September 2020 ini, prasasti in memoriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis kembali dipasang di Puncak Mahameru.
Prasasti yang terbuat dari bahan marmer itu dipasang di titik koordinat S 08°06’26.8” E 112°55’17.7 atau di Palawangan area Puncak Mahameru di ketinggian 3.476 mdpl.
Baca juga: Mengenal Arief Budiman, Kakak Soe Hok Gie yang Meninggal karena Komplikasi
Prasasti ini dipasang oleh tim Gimbal Alas Indonesia dan dua anggota Mapala Universitas Indonesia.
Koordinator pemasangan prasasti Soe Hok Gie dan Idhan Lubis yang juga Dewan Adat Gimbal Alas Indonesia, Teguh Priejatmono, mengatakan, salah satu alasan dipasangnya prasasti ialah untuk mengenang sosok pejuang pergerakan pada masa itu.
Gie dinyatakan meninggal di Puncak Mahameru pada 16 Desember 1969, atau sekitar 50 tahun yang lalu.
“Pertama, kita menghormati dan menghargai sosok Gie ini. Karena Gie ini sebagai intelektual muda di zamannya yang memberikan inspirasi terhadap demonstran yang sedang memperjuangkan keadilan,” katanya di Omah Gasek, Kota Malang, Kamis (24/9/2020).
Baca juga: Cerita Eross Candra Selesaikan 2 Lagu untuk Soundtrack Gie Kurang dari Setengah Jam
Prasasti Gie terlihat ketika pendaki yang sampai ke puncak.
Saat hendak turun, prasasti juga sebagai penanda agar pendaki tidak tersesat sampai ke batas vegetasi.
“Saat mereka naik ketemu dengan prasasti itu dan ketika turun akan mencari lagi prasasti itu. Sebagai rambu kembali dari para pendaki yang sudah sampai ke puncak,” katanya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor: Dheri Agriesta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.