Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi IV: Pertanian Selamatkan Ekonomi Negara, tapi Nasib Petani Tak Berubah

Kompas.com - 24/09/2020, 12:17 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Hari ini, 24 September 2020 adalah hari Tani Nasional. Momen Hari Tani ini harus dijadikan refleksi tentang nasib petani yang tak kunjung membaik.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, saat ini kehidupan petani dan nelayan tidak berubah, namun selalu menjadi komponen penyelamat negara.

Sejak zaman Soeharto, kata Dedi, petani berhasil menjaga Indonesia dari parahnya krisis ekonomi tahun 1998. Bahkan, pada zaman itu, petani bisa bertahan karena harga jual produk pertanian meningkat, seperti karet, kopral, dan beras.

"Ketika pandemi saat ini lagi-lagi petani jadi penyelamat ekonomi nasional. Satu-satunya sektor ekonomi yang masih tumbuh dibanding yang lain," kata Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (24/9/2020).

Baca juga: Peringati Hari Tani Nasional, Massa Aksi Pasang Boneka Petani di DPR dan Istana

Namun, lanjut Dedi, lagi-lagi saat ini harga jual komoditas pertanian jatuh. Petani Indonesia selalu mengalami kerugian. Harga pertanian jatuh.

Penyebabnya, menurut Dedi, bukan hanya biaya produksi yang mahal, tetapi juga banyaknya orang-orang yang mengambil keuntungan dengan merugikan petani, yaitu budaya impor produk pertanian tanpa mempertimbangkan tingkat kebutuhan di dalam negeri.

"Itu sering terjadi. Karena di situ banyak orang berkepentingan yang mengambil keuntungan sesaat, dapat selisih harga jual antara negara asal dengan Indonesia," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Dedi khawatir ke depan kalau sektor pertanian kemudian ambruk dan orang malas lagi menekuni dunia pertanian, maka Indonesia akan terus bergantung pada impor.

"Kemudian kalau pandemi seperti ini terjadi lagi, dan negara lain mengunci produknya dan tak menjual lagi ke Indonesia, maka kita berat. Akan kelabakan," katanya.

Lindungi petani

Oleh karena itu, pada momen Hari Tani Nasional 2020 ini, Dedi berkata sudah saatnya negara memberi perhatian khusus dan melindungi petani dari impor produk pertanian.

Lalu meningkatkan ketersediaan pupuk subsidi yang hingga saat ini masih langka. Kemudian teknologi petanian harus terus dikembangkan dan area pertanian jangan terus digusur untuk kepentingan pemodal.

Berikutnya, sektor hulu pertanian harus dibenahi. Petani membutuhkan air sehingga gunung jangan ditambang terus.

Dedi juga meminta negara melindungi para petaninya, terutama soal kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka. Bila perlu, ada jaminan hari tua bagi petani.

Dedi mengatakan, di negara lain seperti Jepang, petani-petani benar-benar dilindungi. Bahkan kata dia, pesawat di Jepang tak boleh terbang rendah di areal pertanian karena bisa mengganggu pertumbuhan tanaman dan istirahat petani.

Baca juga: Buruh akan Gelar Demo Tolak RUU Cipta Kerja Saat Hari Tani Nasional

Di Jepang juga sudah dibuat undang-undang di mana pewaris pertanian cuma satu sehingga jumlah areal pertanian tidak berubah.

"Ini pesan saya di Hari Tani, sehingga tidak terjadi kebiasaan kalau petani berhasil para pejabat ribut ikut panen dan pesta, padahal dia tidak ikut menanam. Tapi saat petani sedang susah, tidak ada air, tidak ada satu pun pejabat yang menengok," sindir Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com