Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru Honorer di Daerah Terpencil, Jalan 10 Km Lewat Jembatan Bambu Demi Mengajar

Kompas.com - 23/09/2020, 15:32 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Khairina

Tim Redaksi

BULUKUMBA, KOMPAS.com - Andi Sri Rahayu (29) seorang guru asal Desa Sapobonto, Kecamatan Bulukumpa, rela melalui jalanan berkelok demi mengajar di Madrasah Aliyah Guppi Kindang, Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Untuk menuju Desa Kindang bisa dilalui dua jalur. Jalur pertama Desa Sapobonto ke Desa Kindang melintasi jalan setapak dan jembatan bambu, jalur ini ditempuh 10 kilometer.

Sementara jalur kedua dari Desa Sapobonto ke Desa Kindang melalui beberapa desa seperti Desa Bonto Lohe, Desa Anrang, dan Desa Tamaona, bisa ditempuh menggunakan roda dua dan roda empat, menempuh jarak sekitar 25 kilometer.

Baca juga: Guru Positif Corona di Jepara Meninggal, Sekolah ditutup dan Digelar Swab Massal

Jalur kedua sering dilalui Sri. Ia tak pernah menyerah. Panggilan hatinya sebagai guru menuntunnya untuk terus datang, walau di tengah kondisinya yang tengah hamil.

Sebelum hamil, ia pernah melalui jalur pertama dengan jalan kaki 10 kilometer, lalui kebun dan jembatan bambu. Hal itu dilakukan agar para siswanya bisa mendapat pendidikan.

Namun, ia tak sendiri. Ada beberapa siswanya melalui jembatan bambu itu, termasuk petani asal Desa Sapobonto, yang memikul hasil panennya dari Desa Kindang.

Empat tahun sudah Sri mengabdikan di sekolah yang berjarak 59 kilometer dari Kota Bulukumba.

Rasa lelah seketika lenyap saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan wajah ceria.

Sri bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya hanya mengajar di daerah terpencil.

Alasan mengajar di daerah terpencil, hanya ingin membagikan ilmunya kepada banyak orang.

"Daripada ilmu tertinggal lebih baik dibagi dan semoga bisa jadi amal jariyah," kata Sri, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (22/9/2020).

Baca juga: Klaster Covid-19 Guru SD di Cilacap Bertambah Jadi 7 Orang, Berkembang ke Perusahaan Swasta

Setiap hari, Sri naik sepeda motor menuju sekolah. Berangkat dari rumahnya di Desa Sapobonto pada pukul 06.30 Wita dan sampai tujuan sekitar pukul 07.30 Wita.

Demi melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru, alumnus STAI Al Gazali Bulukumba ini tak patah semangat.

Padahal ia hanyalah seorang guru honorer, mulai mengajar pada tahun 2017 hingga saat ini. Walaupun dengan gaji hanya Rp 300 ribu per tiga bulan.

"Gajinya hanya Rp 300 ribu. Waktu terus berputar gaji mulai naik Rp 900 ribu per tiga bulan," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com