Hal tersebut dijelaskan oleh guru sekaligus pendiri MTs Pakis, Isrodi,
"HP saya buat gantian. HP saya juga digunakan untuk tethering di sini. Siswa dibagi tiga kelompok, ada yang ujian di sini, ada juga yang di rumah pengurus BUMDes di bawah sana, ada wifi-nya," ujar Isrodin.
Ia mengatakan, sebelum pandemi para siswa biasanya mengikuti ujiian di Mts Maarif NU 2 Cilongok sebagai sekolah induk. Karena pandemi, mereka harus mengikuti ujian online.
Baca juga: Sekolah di Era Pandemi: dari Kuota, Gawai, Sinyal hingga Infrastruktur
"Biasanya ujian di sana, tapi karena pandemi jadi ujiannya online. Di bukit ini titik yang paling ideal, titik tertinggi di antara permukiman warga, sinyalnya bagus," kata Isrodin.
Saat ujian daring, selain terkendala sinyal, tidak semua siswanya memiliki ponsel pintar yang mendukung kegiatan belajar.
Terkait hal tersebut, Isrodin mengaku tak memaksa siswanya membeli ponsel dan kuota internet karena sebagian besar orangtua siswa hanya bekerja sebagai buruh tani di hutan.
Baca juga: Cerita Ahmad Krismon, Rela Naik Bukit Cari Sinyal Agar Bisa Ikut Prosesi Wisuda Online
"Kalau untuk lokasi ujian di bukit enggak masalah, karena mereka terbiasa belajar di alam," kata Isrodin.
UTS digelar selama sepekan dan setelah UTS selesai, para siswa kembali belajar menggunakan HT seperti yang mereka lakukan selama pandemi.
"Selama pandemi ini pembelajaran pakai HT bantuan dari Orari Banyumas. Siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok saya kasih dua atau tiga HT," jelas Isrodin.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis:Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.