Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hery Pencetus Batik Motif Majalengka, Pernah Tak Dilirik Bupati tetapi Terkenal di Luar Kota

Kompas.com - 23/09/2020, 14:28 WIB
Kontributor Majalengka, Mohamad Umar Alwi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAJALENGKA, KOMPAS.com - Hery Suhersono di Majalengka, Jawa Barat, namanya tidak begitu asing.

Ia dikenal dengan maestro batik dan dari tangannya puluhan karya batik lahir. Ia menciptakan motif angin sebagai identitas kota tersebut.

Di kota angin tersebut, 20 karya batiknya telah mendapat hak paten. Pria berusia 57 tahun tersebut bersama istrinya fokus mengembangkan butik.

Telah beberapa kali butiknya tersebut didatangi turis asing, seperti dari Rusia, Belanda, dan Jepang.

Tangannya piawai begitu menunjukkan kepada Kompas.com melukis batik. Suami dari istri Uti Sayuti (49) tersebut telah sukses di bidang batik.

Baca juga: Kisah di Balik Batik Motif Virus Yurianto yang Viral...

 

Perjuangan untuk meraih kesuksesannya dilalui dengan jalan terjal. Karyanya pernah tidak mendapat apresiasi dari pemerintah daerah saat itu.

"Kita tidak usah membuat batik. Kan ada Cirebon dekat dengan kota kita," kata Hery kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2020), saat mengingat ucapan Sutrisno, Bupati Majalengka 2008.

Hery juga ingat, 2006 adalah tahun terpuruknya. Orang-orang meragukan hingga beberapa karya batiknya tak pernah diapresiasi.

Namun, hal itu tidak membuat semangatnya surut untuk terus berkarya.

"Saya ingat waktu itu bupati dijabat Pak Sutrisno menolak saya. Namun, berkat rekam jejak saya yang banyak diapresiasi di luar kota, akhirnya saya dipanggil kembali dan suruh fokus membuat batik oleh Pak Bupati," kata Hery. 

Dari forum ilimiah namanya mulai dikenal

Sebelum ia menjadi maestro batik di kotanya, Hery Suhersono sering mengisi forum-forum ilmiah. Forum tersebut digelar di kampus-kampus hingga lembaga pemerintahan ataupun swasta.

Ironisnya, forum ilmiah yang diisi Hery berasal dari luar Kota Majalengka.  

"Semua di luar kota, bukan di kota saya Majalengka. Saat itu saya mengisi lalu dikontrak BI (Bank Indonesia) untuk mengurus kampung batik binaan lembaga tersebut," kata Hery.

Hery juga menjelaskan, ia juga disuruh mengikuti pameran batik di Bentara Budaya pada 2006-2007.

Pada pameran itu, Hery mengangkat tema "Kotaku Nyaris Tenggelam dan Menginovasi Mengetuk Hati".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com