Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Ujian, Siswa MTs di Lereng Gunung Slamet Ini Jalan Kaki Berburu Sinyal dan Pakai Ponsel Bergantian

Kompas.com - 23/09/2020, 08:21 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

 

BANYUMAS, KOMPAS.com - Ujian tengah semester (UTS) siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, telah dimulai.

Namun, di tengah pandemi Covid-19 ini, ujian tidak dapat dilakukan secara tatap muka. Mau tidak mau, mereka harus mengikuti ujian secara daring.

Persoalannya, sekolah yang berada di dusun paling ujung dan berbatasan langsung dengan lereng hutan Gunung Slamet ini sangat sulit mendapatkan sinyal.

Baca juga: Sudah Berutang Beli Ponsel untuk Belajar Online, 2 Siswa Ini Juga Harus Cari Sinyal Sejauh 4 Km

Bukit Dekimati yang berada persis di sisi barat Telaga Kumpe menjadi satu-satunya tempat yang dapat dijangkau sinyal seluler.

Siswa harus berjalan kaki melalui jalan desa yang belum rampung dibeton menuju lokasi dengan ketinggian 700 mdpl itu untuk mendapatkan sinyal.

Di bawah rerimbunan pohon karet dan alas seadanya, mereka mengerjakan soal-soal ujian melalui Google Form di ponselnya masing-masing.

Resa Ramadhani, siswa kelas VIII, mengaku kesulitan untuk mengikuti ujian. Selain soal Matematika yang tidak begitu dikuasai, ia juga diburu waktu karena harus bergantian ponsel dengan temannya.

"Saya pinjam HP punya pak guru, gantian sama teman," kata Resa seusai menyelesaikan ujian, Selasa (22/9/2020).

Baca juga: Perjuangan Bocah Bukit Menoreh, Lewati Hutan dan Kebun demi Ujian Tengah Semester

Pagi itu Resa merampungkan 20 soal Matematika hanya dalam waktu 45 menit dari total 90 menit waktu yang tersedia. Sisa waktu 45 menit digunakan teman di sebelahnya untuk mengerjakan soal yang sama.

"Nggarapnya ngasal tadi," ucap remaja dengan rambut lurus berwarna coklat ini.

Setiyani, siswi kelas IX, mengaku sudah dua kali mengikuti ujian daring. Sebelumnya, ia juga harus mengikuti ujian daring pada saat ujian kenaikan kelas, beberapa waktu lalu.

"Gampang-gampang susah," ujar Yani malu-malu.

Guru sekaligus pendiri MTs Pakis Isrodin mengatakan, sebelum pandemi, para siswa biasanya mengikuti ujian di MTs Maarif NU 2 Cilongok sebagai sekolah induk.

"Biasanya ujian di sana, tapi karena pandemi jadi ujiannya online. Di bukit ini titik yang paling ideal, titik tertinggi di antara permukiman warga, sinyalnya bagus," kata Isrodin.

Selain terkendala sinyal, ujian daring juga menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua siswa memiliki pon. Dari 20 siswa yang ada, sekitar seperempatnya tidak memiliki ponsel.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com