Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fendry Ponomban
Penulis dan Aktivis NGO

Penulis, Praktisi Media, NGO

Menghadang Covid-19 dengan 3M dan Senjata Komunitas

Kompas.com - 22/09/2020, 12:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Negara perlu lebih banyak hadir dan mengalokasikan anggaran untuk menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun ini.

Fasilitas ini juga tetap akan dipergunakan dan bermanfaat jangka panjang ketika perilaku dan kesadaran warga semakin baik.

Fasilitas sanitasi ini adalah investasi kesehatan yang sesungguhnya telah menjadi salah satu agenda bangsa kita sesuai Tujuan Pembangunan Milenium sejak tahun 2000 lalu.

Kita tahu bersama bahwa masih ada 40% warga DKI yang belum terlayani pasokan air bersih oleh PAM Jaya (Kompas.com, 22/3/19).

Baca juga: 30 Hotel Siap Tampung Pasien Covid-19 Tanpa Gejala di DKI

 

Anjuran mencuci tangan tidak akan berdampak apabila untuk minum dan memasak saja banyak warga miskin yang masih harus membelinya seperti di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Apresiasi yang besar untuk beberapa perusahaan swasta dan Palang Merah Indonesia yang telah mulai mengupayakan penyediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di DKI Jakarta (Tribunnews, 7/9/2020).

Sebagai bangsa kita semua patut merasa malu ketika ada warga miskin, terlebih di tengah kesulitan ekonomi era pandemi, masih membeli air bersih untuk memasak di ibu kota sebuah negara yang telah merdeka selama 75 tahun.

Pertanyaan serupa juga dapat kita ajukan terkait protokol untuk menjaga jarak aman. Seringkali terjadi, warga bukan bermaksud untuk tidak patuh, namun semata belum terbiasa dan bergerak secara naluriah seperti dalam situasi sebelum pandemi.

Kondisi ini membawa konsekuensi perlunya aparatus negara dengan dukungan relawan untuk hadir mengingatkan ketika mulai terjadi penumpukan warga.

Kehadiran petugas dan relawan ini adalah solusi sementara hingga kesadaran masyarakat semakin terbentuk.

Peringatan dan ajakan terbuka untuk menerapkan 3M dalam bentuk spanduk, poster perlu hadir di setiap mulut gang, perumahan, serta berbagai fasilitas publik dalam jumlah yang massif.

Kalau bangsa kita pernah memproduksi jutaan poster dan baliho seperti yang terlihat dalam perhelatan pileg dan pilpres, tentu hal yang (tidak harus persis) sama dapat dilakukan untuk urusan mendesak penanggulangan Covid-19 ini.

Bentuk-bentuk “intervensi fisik” ini kiranya dapat melengkapi seruan-seruan massif kampanye di berbagai media massa. Gagasan tentang “masker”, “cuci tangan pakai sabun”, “menjaga jarak” tidak lagi sekadar berada di layar televisi atau di layar monitor ponsel, tetapi juga hadir secara fisik dalam lingkup terkecil masyarakat kita.

Senjata komunitas

Salah satu keunggulan bangsa kita, atau malah sebuah keajaiban, adalah melimpahnya modal sosial dalam rupa karakter masyarakat yang komunal.

Kita mungkin satu-satunya bangsa di dunia yang sangat "social minded”, sebuah karakter yang secara aktif tertarik pada kesejahteraan sosial atau kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan kata lain, tradisi bersosialisasi, kegandrungan bermasyarakat, “hormon gaul” kita ini, tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

Cukup sahih untuk mengatakan bahwa kolektifitas, kedermawanan, sifat gotong-royong warga Indonesia sama sekali belum habis dikikis kapitalisme liberalisme.

Bahkan, karakter ini juga mampu bertahan meski beberapa kali diterpa ujian kontestasi politik berujung polarisasi yang tajam.

Bulan Agustus lalu misalnya, di tengah keterbatasan, kita masih melihat antusiasme komunitas warga bekerja bersama, bergotong-royong menyiapkan perayaan ulang tahun kemerdekaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com