Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

538 Anak di Jateng Terpapar Covid-19

Kompas.com - 20/09/2020, 08:38 WIB
Riska Farasonalia,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ketua Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Jawa Tengah, dr Anung Sugihantono menyebut, sebanyak 538 anak di Jawa Tengah terpapar positif Covid-19.

Dari jumlah tersebut, terdiri dari 222 anak perempuan dan 316 anak laki-laki yang berusia 0 hingga 11 tahun.

"Data itu berdasar sistem pelaporan coronajateng.co.id pada hari Kamis, 17 September 2020 pada pukul 11.00 WIB," ungkap Anung, dalam acara Webinar "Peran Media dalam Mempromosikan Program Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Masa Pandemi: Anak-anak dalam Pusaran Kluster Keluarga Covid-19", Jumat (18/9/2020).

Anung mengajak masyarakat terutama orangtua untuk memberikan perhatian secara khusus terhadap anak.

Baca juga: Lemas dan Tidak Nafsu Makan, Pria Ini Meninggal Terkonfirmasi Covid-19

Hal ini penting untuk dilakukan agar anak mendapatkan perlindungan dari bahaya penularan Covid-19.

Menurutnya, untuk mencegah terjadinya penularan, sebaiknya pembelajaran secara tatap muka ditiadakan dulu.

Kalaupun belajar tatap buka bisa dilangsungkan tetap harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.

"Di sekolah yang biasanya ruangannya ber-AC dan tertutup harus dibuka agar udara bebas keluar. Jumlah siswanya pun harus dibatasi. Selain itu, ruang guru dan kepala sekolah juga harus diperhatikan agar bebas dari penyebaran Covid," kata dia.

Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Setya Dipayana menuturkan, bahwa anak memiliki kekebalan tubuh (imunitas) yang bagus.

"Karena imunitasnya bagus, mereka kemungkinan justru menjadi asymptomatis. Yakni telah terpapar Covid-19 namun tidak menimbulkan gejala apa-apa karena mereka kebal," kata dia.

Akan tetapi, kata dia ketika mereka berdekatan dengan orang yang kekebalannnya menurun, maka mereka menjadi penular.

"Anak-anak bisa disebut super spreader (penyebar super). Anak-anak jadi carrier (pembawa). Dia bisa menyebarkan ke mana pun tanpa terdeteksi," ucap dia.

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat dan orangtua dengan membuat adaptasi kebiasaan baru agar penularan itu tidak terjadi.

Caranya seperti yang sudah dianjurkan pemerintah yakni membiasakan anak-anak mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.

"Harus memberikan edukasi yang jelas dengan bahasa yang mengena kepada anak-anak. Diberi pengertian jangan saling tukar masker karena gambar maskernya Doraemon atau gambar lainnya," tutur dia.

Baca juga: Dua Warga Positif Covid-19 Ingin Sebarkan Virus, Chat WhatsApp Tersebar, Gugus Tugas Jemput Satu Orang

Sementara itu, psikolog Univeristas Katolik Soegijapranata Kuriake Kharismawan mengungkapkan di masa pandemi ini, anak-anak itu terkungkung di dalam rumah.

"Oleh sebab itu agar tidak jenuh, maka di gadget pun mereka perlu dibuatkan tantangan. Beri mereka aneka lomba sehingga energi mereka tersalur secara positif. Jika dilarang terus, mereka pasti akan melanggar larangan itu dengan sembunyi-sembunyi," kata dia.

Selain itu, Kuriake juga melihat stigma pasien Covid yang justru membuat mereka tersudut.

"Kami ingin masyarakat tidak memberi stigma negatif. Jangan dijauhi. Bila mereka dinyatakan sembuh, berarti itu memang sembuh," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com