Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Bocah Bukit Menoreh, Lewati Hutan dan Kebun demi Ujian Tengah Semester

Kompas.com - 18/09/2020, 06:23 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Mereka datang dari balik hutan dan kebun lebat pohon kayu keras. Karena rampat dan jauh dari modernisasi kota, suasananya seperti dalam hutan saja. Sepi dan dingin.

Mereka datang dari berbagai lokasi. Jaraknya beragam, dekat dan jauh. Ada yang naik sepeda, ada pula yang jalan kaki. Ada yang cuma 200 meter, ada juga yang hingga 1 km.

“Paling jauh 20 menit,” kata Estuti.

Baca juga: Kisah Tebe Berjuang Lawan Covid-19, Tertantang Seorang Kakek yang Sembuh dalam 7 Hari

Kepala Sekolah SD Negeri Tegalsari Chatarina Suparti mengungkapkan, sekolahnya sengaja menyelenggarakan model ujian dalam bentuk kelompok siswa per wilayah.

Sekolah membuka delapan pos. Pos ini sebenarnya rumah warga, dan diawasi guru maupun pemilik rumah.

Tiap pos melayani 8-15 anak. Total siswanya ada 84 orang.

“Proses pembuatan soal di tingkat kapanewon, soal sama untuk semua sekolah, lantas master didistribusi ke berbagai sekolah. Dalam hal teknis pelaksanaan PTS, sekolah melaksanakan berdasarkan kebijakan masing-masing,” kata Chatarina.

Pos itu sendiri ada yang rumah guru hingga rumah dari orangtua murid. Kekerabatan dan kekeluargaan mendasari penerimaan warga.

Warga tidak menolak penyelenggaraan ujian di rumah dan memberi kesempatan.

Kendalanya hanya soal fasilitas yang terbatas. Anak harus membawa peralatan sendiri, hanya tersedia kursi, tetapi tanpa meja, bahkan ada yang cuma lesehan.

"Kita perlu kerja sama dan saling mendukung," kata Chaterina.

Chatarina menceritakan, sekolahnya mengambil kebijakan pengerjaan manual dilatari persoalan kepemilikan ponsel Android yang tidak merata di antara siswa.

Siswa banyak yang hidup dalam keluarga petani dan perajin anyaman. Karena ekonomi masyarakat, kebanyakan satu keluarga hanya memiliki satu ponsel.

“Mereka yang hanya punya HP terbatas itu bisa lebih dari 50 persen siswa,” kata Chatarina.

Belum lagi soal sebaran anak yang jauh maupun dekat. Bahkan ada yang rumahnya sekitar 3 km atau lebih kurang 20 menit. Karena kondisi ini, PTS dengan membentuk pos layanan dirasa paling efektif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com