KOMPAS.com - Sudirman (33) akhirnya dipertemukan dengan keluarganya setelah 21 tahun tidak bertemu.
Tangis sang ibu pecah melihat anak yang terakhir ditemuinya saat usia 12 tahun itu.
Sudirman selama ini merantau ke Malaysia dan dideportasi pada Juni 2020.
Sejak puluhan tahun lalu, ia hilang kontak dengan keluarganya.
Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Nunukan, Samsuddin, kemudian mencarikan alamat keluarga Sudirman dan mengantarkannya.
"Diantarkan ke keluarganya, tangis keluarganya pecah. Ibunya yang sering pingsan saat ingat Sudirman juga histeris menyambut kedatangan anak sulungnya yang terpisah sekitar 21 tahun lamanya," sebut Samsuddin, saat dihubungi, Rabu (16/9/2020).
Baca juga: Cerita Sudirman Bertemu dengan Ibunya Lagi Setelah Berpisah 21 Tahun
Sudirman tidak pernah memiliki KTP karena telah meninggalkan Indonesia sejak usia 12 tahun.
Mendengarkan cerita Sudirman, Samsuddin menduga mantan imigran itu adalah korban perdagangan manusia.
Sudirman tidak pernah dibayar selama bekerja di negeri orang sampai waktu yang lama.
Sudirman juga tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga.
Padahal, tujuan awal Sudirman bekerja ke Malaysia adalah supaya bisa menghidupi adik-adiknya.
Baca juga: Kalau Mau ke Kantor Camat Harus Lewat Malaysia, Jadi Pendatang Haram untuk Sementara
Samsuddin pun membantu menelusuri jejak dokumen Sudirman yang pernah tinggal 12 tahun di Parepare usai pria itu dideportasi.
"Saya berpikir selama orang pernah bersekolah meski tidak lulus SD, datanya pasti ada di sekolahnya. Saya meminta teman di Parepare sana untuk mengecek ke sekolah SD 32 Bacukiki sebagaimana pengakuan Sudirman, ternyata ada datanya," ujarnya.
"Dari sanalah kami dapatkan KK (kartu keluarga) dan kemudian menghubungi Disdukcapil Parepare mengirim data tersebut ke Disdukcapil Nunukan," sambungnya.
Akhirnya diketahui keluarga Sudirman tinggal di Desa Wattang, Kelurahan Bacukiki, Parepare, dan diantarkan pulang pada Senin (7/9/2020).
Baca juga: TKI Asal Lampung Meninggal di Malaysia, Keluarga Tak Punya Uang untuk Memulangkan Jenazah
Namun, dia malu jika kembali kepada keluarga dengan kondisi hidup tak layak.
Sudirman bercerita, selama menjadi buruh migran, dirinya bekerja serabutan dan tidak mendapatkan upah.
"Di sana kerja serabutan, kadang kerja sebagai buruh toko, tidak ada gaji. Saya pindah ke kerjaan lain, tidak pernah juga dikasih gaji. Sampai bertahun-tahun saya tidak pernah bisa kirim uang ke orangtua karena uang yang saya punya hanya cukup bertahan hidup saja di sana," sebut Sudirman.
Baca juga: Malaysia Longgarkan Larangan Masuk bagi WNI
Sudirman memilih nekat kembali ke "Negeri Jiran" melalui jalur ilegal.
Selama belasan tahun itu, para pekerja ilegal selalu kucing-kucingan dengan petugas di Malaysia.
"Bila ada operasi pendatang haram, ada saja info sampai ke kita. Kita lari sembunyi jauh ke dalam hutan, tidak jarang kami tidur dalam hutan," sebutnya.
Akhirnya, mereka tertangkap petugas berpakaian preman di dekat kilang kayu tempatnya bekerja dan dideportasi.
Baca juga: Tito Sebut Tak Ada Batas Jelas antara Indonesia-Malaysia di Sebatik
Namun, kali ini Sudirman mengaku tidak ingin kembali ke Malaysia.
Dia ingin berkumpul dengan keluarga dahulu selama dua bulan.
Rencananya, dia akan mencari pekerjaan di Nunukan.
"Di kampung (Parepare) peluang kerja sangat sedikit. Kalau di Nunukan kerja rumput laut, penghasilan lumayan," ucap dia.
Sudirman merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan keluarga, terutama ibunya, setelah terpisah selama 21 tahun.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Nunukan, Ahmad Zulfiqor | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.