Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mamalia Langka Penghuni Sungai Mahakam yang Terancam Punah karena Industri

Kompas.com - 16/09/2020, 12:07 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Migrasi Ke Hulu Sungai dan Terancam Punah

Masyarakat Samarinda menikmati pemandangan unik pesut di perairan sungai mahakam sekitar 1970-an.

Lima tahun kemudian, 1975, Menteri Pertanian menetapkan pesut mahakam sebagai satwa dilindungi berdasarkan keputusan nomor 45/Kpts/Um/1/1975.

Setahun setelah ditetapkan, 1976, Dinas Perikanan Kaltim melaporkan populasi pesut diperkirakan sekitar 1.500 sampai 2.000 ekor.

Baca juga: Kandung Logam Berat, Sungai Mahakam Sudah Tak Ramah Bagi Pesut

Namun populasinya mulai berkurang ketika masuknya industri ke Kaltim.

Transportasi Sungai Mahakam mulai ramai dengan kapal-kapal bermesin saat masuknya perusahaan-perusahaan kayu.

Lalu lintas kapal memuat kayu bulat dan barang hasil hutan lainnya.

“Gemuru suara memaksa kawanan pesut ini migrasi ke hulu Mahakam,” terang Sarip.

Selain itu, kualitas air Sungai Mahakam mulai tercemar sejak masuknya industri di Kaltim.

Awal mula dari sektor perkayuan, kemudian ke sektor batu bara hingga perkebunan kelapa sawit dan lainnya.

Kegiatan tersebut selain menjadikan sungai mahakam akses distribusi, juga limbah yang mencemari kualitas air.

Hal tersebut memaksa kawanan pesut keluar dari habitat awalnya.

Pada musim kemarau 2013 kawanan pesut mahakam sempat terlihat di Desa Segihan Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), sekitar 35 kilometer di hulu Samarinda.

Jalur sungai mahakam yang banyak habitat pesut teridentifikasi di Kecamatan Kota Bangun dan Muara Muntai, Kukar.

Sejak Juli 2017 hingga Mei 2018, Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species Of Indonesia (RASI) melakukan uji sampel air di 16 titik sampling di sepanjang sungai Mahakam.

Baca juga: Pasca-kebakaran di Teluk Balikpapan, Satu Ekor Pesut Ditemukan Mati

Hasilnya, logam berat Cd (Kadmium) dan Pb (timbal) melampaui baku mutu 23 kali. Kondisi itu dinilai berbahaya bagi pesut juga manusia.

Selain kandungan logam berat, temuan lain ikan yang jadi pakan pesut pun berkurang.

Hal tersebut karena masifnya konversi lahan menjadi perkebunan, pertambangan dan lain-lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com