Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan Hati Anak Berkebutuhan Khusus Saat Pandemi, Jalan Kaki ke Rumah Guru karena Rindu

Kompas.com - 16/09/2020, 09:55 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

"Anak anak berkebutuhan khusus memiliki emosi tidak stabil, mudah merasa, dan sensitif, butuh kesabaran ekstra dan kepedulian penuh untuk memahami talenta dan karakter mereka," kata Simon lagi.

Selama ini, pembelajaran juga disesuaikan kemampuan intelegensi anak dan ekonomi keluarga.

Dikatakan, dari 78 pelajar SLBN Nunukan dari 3 jenjang, yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB, sebanyak 50 persen memiliki kendala dalam pembelajaran daring akibat tidak memiliki ponsel.

Mereka lahir dari keluarga tidak mampu, dengan penghasilan yang pas pasan sehingga jangankan ponsel android, untuk makan saja mereka harus bekerja keras.

Kendala lain adalah, sebagian orangtua anak berkebutuhan khusus tidak mengenyam pendidikan, sehingga menambah berat pekerjaan para guru.

"Jadi kadang guru saat visiting atau kunjungan ke rumah, tidak ada orangtuanya, biasa pergi ke kebun atau bekerja sebagai buruh pengikat tali rumput laut, kita tunggu sampai orang tuanya datang. Karena kalau langsung jelaskan ke si anak, daya tangkapnya belum mampu, makanya kita ajarkan sekalian bersama orangtuanya,"jelasnya.

Menangis karena rindu sekolah

Simon menceritakan, siswa SLB masih tidak menerima keadaan saat ini, di mana mereka harus belajar dari rumah.

Semenarik apapun para guru dalam memberikan bimbingan, tidak sama kondisinya ketika para anak berkebutuhan khusus berada di sekolah. Tidak sedikit anak yang menangis dan memohon agar mereka setiap hari dijemput bis sekolah seperti biasa dan bisa berkumpul dengan teman dan guru.

‘’Kita juga terharu ketika mereka memohon dengan gesture mereka, dengan terbata bata bicara, mereka selalu meminta masuk sekolah, biasanya mereka diantarkan orangtua mereka dengan seragam sekolah lengkap ke pinggir jalan raya menunggu bis sekolah, itu yang sering mereka bicarakan ke kita, kapan sekolah, kapan sekolah,’’tuturnya.

Baca juga: Di Semarang, Anak Berkebutuhan Khusus Dapat Hidup Lebih Nyaman

Bahkan, beberapa siswa SLB selalu menelepon guru di sekolah menanyakan kenapa mereka tidak lagi dijemput bus, dan jarang sekali berkumpul ataupun bertemu guru.

‘’Ada anak namanya Armida, sering sekali dia menelepon guru bertanya kapan sekolah, dia sering sekali mengirimkan voice note, isinya nanya kapan bisa belajar. Ada juga Kurniawan Munir, dia jalan kaki ke rumah salah satu guru kami, dia menangis, karena kangen ingin ketemu guru,’’katanya haru.

Tanamkan kedisiplinan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com