Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petunjuk Arkeolog Temukan Jejak Istana Raja Wengker di Kotaraja Majapahit

Kompas.com - 14/09/2020, 10:28 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir di Mojokerto, mengerucut pada kesimpulan bahwa tempat itu sebagai istana Raja (bhre) Wengker.

Hasil kajian itu diperoleh setelah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, melakukan ekskavasi (penggalian) Situs Kumitir, pada 4 Agustus hingga 9 September 2020.

Penggalian itu dilakukan berangkat dari hipotesis jika situs purbakala tersebut merupakan tempat pendharmaan untuk Narasingamurti atau Mahesa Cempaka.

Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan, pada masa Majapahit, Kerajaan Wengker menjadi salah satu wilayah bawahan.

 

Bhre Wengker merupakan menantu dari pendiri kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.

Dia menikah dengan Bhre Daha, sebutan lain dari Dewi Maharajasa, adik dari Tribhuwana Tunggadewi.

"Di Negarakertagama disebutkan, di timur tersekat lapangan, ada istana Raja Wengker dan Rani Daha. Raja Wengker dan Rani Daha itu suami istri," kata Wicaksono kepada Kompas.com, Sabtu (12/9/2020) petang.

Gambaran awal, kata dia, istana yang menjadi persinggahan Bhre Wengker dan Bhre Daha saat berkunjung ke pusat pemerintahan Majapahit, berada di sisi timur kotaraja.

Gerbang istana berada di sisi barat, di timur gerbang ada lapangan, lalu di timur lapangan ada bangunan utama untuk hunian.

Kemudian, di dekat bangunan utama, diinterpretasikan adanya bangunan candi atau tempat pemujaan.

Adapun Situs Kumitir ditemukan di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pada tahap pertama, situs purbakala itu diekskavasi Oktober-November 2019, kemudian dilanjutkan pada Agustus-September 2020.

Temuan arkeologis

Menurut Wicaksono, fakta arkeologis yang ditemukan selama ekskavasi dan catatan dalam naskah kuno tentang Kerajaan Majapahit, memperkuat pendapat itu.

Dari hasil ekskavasi, terungkap jika kontruksi bangunan kuno di Kumitir tidak hanya berupa talud atau tembok penahan kawasan.

Struktur bata kuno di sisi timur yang diekskavasi pada 2019 lalu menampilkan bentuk talud. Namun di sisi barat, bentuk bangunan bukan sekadar talud.

"Ternyata dari hasil ekskavasi tidak semua berbentuk talud. Di sebelah barat kami menemukan dinding, setinggi 2,3 meter dengan ketebalan 2 meter. Strukturnya seperti benteng," ungkap dia.

Berikutnya, kata Wicaksono, ditemukan batu putih dalam bentuk persegi yang sebagian ditemukan dalam kondisi pecah.

Kemudian, di lokasi yang sama, ditemukan sebaran pecahan genting dan keramik dari Dinasti Yuan.

"Kami juga menemukan sebaran (pecahan) genting dan pecahan keramik, kemudian ada juga selubung tiang. Kami menduga ada semacam pendopo," ujar Wicaksono.

Keterangan naskah kuno

Jejak peninggalan Kerajaan Majapahit di Dusun Bendo Desa Kumitir, kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, setelah diekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Sisi barat dari Situs Kumitir ini diduga merupakan jejak arkeologis dari pintu gerbang istana Raja (Bhre) Wengker, sekaligus tempat pendharmaan untuk Mahesa Cempaka.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Jejak peninggalan Kerajaan Majapahit di Dusun Bendo Desa Kumitir, kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, setelah diekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Sisi barat dari Situs Kumitir ini diduga merupakan jejak arkeologis dari pintu gerbang istana Raja (Bhre) Wengker, sekaligus tempat pendharmaan untuk Mahesa Cempaka.

Wicaksono menuturkan, pendapat keberadaan istana Raja Wengker di Situs Kumitir juga diperkuat dengan keterangan dari naskah Negarakertagama.

Nama Kumitir, lanjut dia, tersebut dalam naskah Negarakertagama, serat pararaton, serta Kidung Wargasari.

Khusus untuk interpretasi terhadap Situs Kumitir, kata Wicaksono, pihaknya memadukan keterangan dari naskah kuno, peta RA Kromodjoyo 1921, serta legenda peta-peta Majapahit era Hindia-Belanda.

Dokumen lama yang menjadi rujukan dan perpaduan kajian, antara lain sketsa rekonstruksi Maclaine Pont, Stutterheim, serta Pigeaud.

"Semacam Pesanggrahan atau istana persinggahan. Tapi, di Negarakertagama disebut sebagai istana yang menjulang ajaib," ungkap dia.

Wicaksono menuturkan, di dalam Kotaraja Majapahit, terdapat beberapa bangunan yang digambarkan sebagai istana untuk raja-raja bawahan atau bhre.

Istana khusus untuk para raja bawahan di wilayah Majapahit ataupun bangsawan itu berada di dalam area kotaraja, mengelilingi Istana (Kedaton) Raja Majapahit.

Adapun fungsi istana tersebut, sebagai persinggahan bagi para raja saat berkumpul atau menemui Raja Majapahit di pusat kotaraja.

"Dalam sejarahnya di Kotaraja Majapahit ada istana-istana, selain istana untuk Raja Majapahit. Istana-istana itu untuk para bhre atau raja-raja, tapi mereka tetap punya istana di wilayahnya masing-masing," beber Wicaksono.

Fakta lainnya yang memperkuat asumsi jika Situs Kumitir adalah Istana Raja Wengker, berasal dari keterangan pada naskah Negarakertagama, yang menyebutkan adanya istana Bhre Wengker dan Bhre Daha.

Di dalam istana tersebut terdapat sebuah tempat pemujaan, yang kemudian diinterpretasikan sebagai pendharmaan untuk Mahesa Cempaka.

"Kumitir ini pendharmaan Narasingamurti (Mahesa Cempaka), iya. Karena yang mencandikan adalah Raja Wengker," kata Wicaksono.

Ekskavasi Situs Kumitir

Ekskavasi Situs Kumitir pada 4 Agustus hingga 9 September 2020, merupakan ekskavasi tahap kedua setelah ekskavasi tahap pertama pada 2019.

Sejauh ini, ekskavasi Situs Kumitir baru mencapai 30 persen dari total 6 hektar. Situs purbakala itu memiliki panjang 318 meter dan lebar 197 meter dengan orientasi barat ke timur.

Wicaksono mengungkapkan, ekskavasi Situs Kumitir berangkat dari hipotesis bahwa talud di Kumitir merupakan tempat pendharmaan Mahesa Cempaka, kakek dari pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.

"Kumitir ini sebagai pendharmaan Mahesa Cempaka. Kemudian setelah kami teliti, ternyata kebalik. Ini istana Bhre Wengker yang di dalamnya ada tempat pendharmaan untuk Narasingamurti," ujar dia.

Kepala BPCB Jawa Timur Zakaria Kasimin mengatakan, ekskavasi Situs Kumitir akan dilanjutkan pada Oktober 2020.

Menurut dia, berdasarkan fakta-fakta arkeologis yang menggambarkan besarnya potensi penemuan salah satu istana di dalam Kotaraja Majapahit, beberapa tahapan ekskavasi akan dipercepat.

"Tahun ini kami lanjutkan lagi dengan dukungan dana Pemerintah Propinsi Jawa Timur," kata Zakaria, di Desa Kumitir, Sabtu petang.

Direktorat Perlindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Abi Kusno mengatakan, capaian hasil dari ekskavasi Situs Kumitir pada Agustus-September 2020, melebihi dari ekspektasi yang diharapkan.

"Target awalnya kami hanya menargetkan membuka talud, tapi hasilnya melebihi target kami. Kami menemukan fakta bahwa ini bukan sekadar talud," kata Abi Kusno di lokasi Situs Kumitir.

Kemendikbud, kata Abi, terus memberikan dukungan kepada upaya pengungkapan bentuk utuh dari Situs Kumitir yang kini sudah mulai menemukan interpretasi bangunannya.

Menurut Abi, pada tahun berikutnya, selain gelontoran dana untuk pelaksanaan ekskavasi, pihaknya juga akan melibatkan berbagai pihak guna mempercepat pengungkapan kontruksi bangunan Situs Kumitir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com