Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru Honorer yang Rela Gaji Minus untuk Berdayakan Lansia

Kompas.com - 12/09/2020, 15:41 WIB
Ari Widodo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Para lansia yang selama ini hanya duduk berpangku tangan sambil menunggu kepulangan anak cucu, kini kembali bisa merasakan nikmatnya bekerja sesuai kemampuan tubuh mereka yang renta.

Berawal dari tidak berkegiatan pada masa pandemi Covid-19, laki-laki berputra dua yang masih aktif di Komunitas Gusdurian ini harus memutar otak cara mengisi waktu luang setelah mengajar secara online.

Sementara kondisi ekonomi juga makin sulit. Belum lagi melihat nasib para lansia yang hampir tanpa harapan karena tidak beraktivitas selama di rumah.

"Motivasi saya merintis usaha ini karena gaji minus dan nelangsa melihat para lansia miskin,"ucap David tersendat.

Baca juga: Curhat ke Jokowi, Guru di Padang: Saya Kadang Menangis, Siswa Punya Android tetapi Tak Ada Kuota

Meski disebut bekerja, tapi David tidak mematok target jumlah produksi. 

Semua produk mulai dari pot tanaman, turus, media cangkok dan berbagai produk kerajinan berbahan dasar limbah sabut kelapa, dikerjakan sesuai dengan kondisi para lansia.

Kebetulan memang barang-barang tersebut tidak membutuhkan tenaga besar untuk pembuatannya.

Mbah Paidi (80) mengaku senang sebab di usia senja, tenaganya masih bisa berguna.

Kakek lima orang cucu ini sangat berterima kasih kepada David karena diberi kesempatan untuk tetap berkarya.

"Wong boten kesel, enteng kerjane, kalih lenggah. Upahe ngge tumbas rokok ( Tidak capek, pekerjaan ringan, sambil duduk. Honornya bisa untuk membeli rokok.)," ujar Mbah Paidi girang.

Baca juga: Peduli Guru Elin, Mengajar 3 Kelas di Sekolah Nyaris Roboh dengan Gaji Rp 250.000 per Bulan

Untuk pot berukuran kecil, David memberi upah Rp 1.500 per unit.

Para lansia yang mengisi plastik kecil dengan media cangkok berbahan dasar sabut kelapa juga menerima ganti jasa Rp 100 per bungkus.

David mengaku modalnya memang belum memadai untuk bisa memberikan upah lebih. 

Dari hasil penjualan, dia baru bisa memetik laba sekitar Rp 1000 per item yang laku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com