Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihat Langsung Dampak Tambang di Sleman, GKR Hemas: Rasane Kaya Diapusi

Kompas.com - 11/09/2020, 11:23 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com - Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, Ratu Keraton Yogyakarta yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil DI Yogyakarta, merasa kesal kepada pelaku usaha tambang yang melakukan praktik penambangan dengan sembrono.

Pelaku usaha tambang ini merugikan kelompok masyarakat lain.

GKR Hemas mengungkapkan kekesalannya setelah mendapat pengaduan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam kunjungannya ke Hargobinangun Selatan, Kecamatan Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (9/9/2020).

Dalam kunjungan yang dilakukan secara diam-diam itu, istri Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi cucunya, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo, yang pekan lalu juga melihat kerusakan di lingkungan lereng Gunung Merapi.

"Aku ki anyel, kok rasane kaya diapusi (Saya masygul, rasanya seperti ditipu selama ini)," ungkap Ratu Hemas usai mendengar keluhan anggota Gapoktan di Bangsal Sompilan, Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman, seperti ditulis Tribunjogja.com.

Baca juga: Tiga Nelayan yang Ditangkap Saat Protes Penambangan Pasir Tak Diizinkan Didampingi Penasihat Hukum

Kepada Hemas, sebanyak 22 pengurus Gapoktan Hargobinangun Timur mengadu dan mengeluh bahwa air yang mereka butuhkan untuk mengairi lahan pertanian dan peternakan berlumpur akibat penambangan pasir di Kali Kuning.

Dalam pertemuan itu, Lurah (Pjs) Hargobinangun Suhardiman menyampaikan, anggota kelompok tani dan masyarakat sudah beberapa minggu terakhir merasa resah karena air baku yang dialirkan dari Kali Kuning menjadi keruh dan berlumpur pekat usai turun hujan.

Para anggota Gapoktan Hargobinangun Timur secara bergiliran mengaku terdampak dengan keruh dan berlumpurnya air.

Selain itu, para anggota yang seluruh hidupnya mengandalkan pertanian dan peternakan itu menyatakan sangat bergantung pada air yang mengalir dari Kali Kuning.

Mereka juga mengaku telah berusaha dan merasa kesulitan untuk mencari titik temu dengan perusahaan tambang yang beroperasi di sungai itu.

Secara keseluruhan dikatakan, luasan lahan pertanian milik warga di 12 dusun dan empat pedukuhan Hargobinangun yang terdampak mencapai 80 hektar.

Selain itu, belasan hektar lahan perikanan juga mengalami endapan lumpur tebal hingga puluhan sentimeter yang membunuh ikan budidaya warga.

Kondisi itu, masih menurut warga, kian diperparah dengan mulai sulitnya air saat musim kemarau tiba.

"Belum lama ini saya kunjungan, saat itu pejabat melapor di hadapan Pak Bupati Sleman, katanya air di seluruh wilayah ini aman, bahkan bisa mengalir sampai Klaten. Lha ini baru berapa meter dari Merapi, untuk warga sendiri saja tidak terjamin," ungkap GKR Hemas kepada warga.

Baca juga: Protes Aktivitas Penambangan Pasir, 3 Nelayan Ditangkap dan Kapalnya Ditenggelamkan

Melihat fakta tersebut, GKR Hemas mengaku dirinya merasa terlambat 10 tahunan karena baru melihat dengan mata kepala sendiri kerusakan yang timbul akibat kegiatan penambangan yang sembrono.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com