Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sudiyanto Ciptakan Pompa Hydram, Sempat Dianggap Gila hingga Raih Penghargaan

Kompas.com - 11/09/2020, 09:49 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Hingga saat ini terdapat tujuh pompa hydram yang terpasang untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 280 kepala keluarga (KK) di desanya.

"Dulu sekitar 2008 saya pernah dapat medali emas atas karya ini. Emas itu saya lebur dan uangnya untuk pembebasan lahan untuk pengembangan instalasi pompa dan pembebasan lahan," tutur Sudiyanto.

Temuan yang telah dipatenkan oleh Pemkab Banyumas ini, juga telah diaplikasikan di berbagai daerah dengan kondisi geografis mirip di desanya.

Baca juga: Kekeringan Meluas di Gunungkidul, 129.000 Jiwa Terdampak

Sumber air melimpah, tapi berada jauh di bawah permukiman warga.

"Sudah banyak yang pakai, di Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga ada," kata pria yang pernah menjadi tukang ojek ini.

Sudiyanto menjual pompa hydram buatannya yang berukuran kecil seharga 1,7 juta. Sudiyanto juga membuka pelatihan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Harmoni.

"Saya jual teknologinya, kalau mau beli alatnya saja juga bisa, nanti kami latih di sini untuk pemasangannya. Ada juga yang alatnya dikirim, untuk instalasi saya pandu dari sini," ujar Sudiyanto.

Alat serupa, kata Sudiyanto, juga ada di daerah lain. Perbedaannya pompa Hysu dapat mengalirkan air secara konstan.

"Sampai sekarang saya masih terus melakukan pengembangan, targetnya tidak ada air yang terbuang, sekarang masih 40 persen air dari katup buang yang terbuang. Saya sudah punya teknologinya, nantinya 100 persen tidak ada yang terbuang," kata Sudiyanto.

Baca juga: Kekeringan, Warga Paranggupito Wonogiri Jual Emas dan Ternak untuk Beli Air Bersih

Sementara itu, Warno (66), salah seorang warga dusun setempat mengaku sedih jika mengingat awal perjuangan Sudiyanto, karena banyak yang menganggap sebelah mata.

Namun nyatanya sekarang warga setempat telah merasakan manfaatnya selama hampir 20 tahun.

"Saya kasihan kalau ingat dulu, dia padahal tulus ikhlas untuk memperjuangkan air bagi warga, karena sebelumnya sangat susah mendapatkan air," ujar Warno.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com