Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdampar di Aceh, 2 Warga Rohingya Meninggal dan 3 Orang Dirawat karena Sesak Napas

Kompas.com - 11/09/2020, 09:09 WIB
Rachmawati

Editor

Pengungsi anak-anak Rohingya yang tiba pada Juni telah diajari Bahasa Indonesia, sebagai bagian dari rencana jangka panjang UNHCR agar mereka memiliki peluang untuk menetap di Indonesia.

Baca juga: Pemerintah RI Bakal Pindahkan 99 Pengungsi Rohingya di Aceh

"Saya berdiskusi cukup positif dengan bupati dan walikota [Aceh Utara], kami membahas kemungkinan para pengungsi memiliki hak untuk bekerja agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, kami harap dapat meraih kesepakatan dalam beberapa minggu atau bulan ke depan," ujar Ann.

Untuk saat ini, Ann mengatakan UNHCR akan memastikan "keamanan para pengungsi Rohingya di Aceh, dan menjamin mereka memiliki akses ke layanan-layanan dasar dan sedikit demi sedikit dapat memulai membentuk masa depan, yang sekarang mungkin jauh dari jangkauan mereka namun kita perlu mendukung mereka semampu kita. Kita perlu membantu anak-anak ini."

Baca juga: RI Akan Dalami Dugaan Pengungsi Rohingya di Aceh Korban Penyelundupan

Kapal-kapal akan berlayar 'akhir Oktober atau November'

Chris Lewa dari Arakan Project meyakini ini adalah kapal terakhir yang membawa setidaknya 2.000 pengungsi Rohingya keluar dari kamp mereka di Bangladesh pada periode akhir Januari sampai akhir Maret.

"Sekarang harusnya tidak ada lagi kapal yang mengangkut mereka. Tahun ini saya pikir 2.000 [pengungsi] telah meninggalkan [Bangladesh] pada akhir Januari sampai akhir Maret. Kami mengetahui ada empat kapal, dua kapal lainnya telah kembali ke Bangladesh.

Meski demikian, ia meyakini bahwa akan ada kapal-kapal yang mengangkut komunitas Rohingya dalam beberapa bulan ke depan, terutama di musim puncak yang biasanya jatuh pada "akhir Oktober atau November."

Baca juga: Prioritas Utama Pemerintah, Membawa Pengungsi Rohingya Kembali ke Rakhine

"Kita bisa memprediksi bahwa kapal-kapal akan mulai berangkat, mengingat kondisi di Bangladesh. Di sana, mereka tidak mau dipindahkan ke sebuah pulau yang direncanakan pemerintah akan dipakai sebagai kamp pengungsi. Di kamp [Cox's Bazaar], mulai ada banyak restriksi.

"Di sekeliling kamp telah dibangun pagar. Karena Covid-19, para pengungsi tidak bisa keluar kamp, dan layanan yang biasanya disediakan komunitas internasional telah berkurang," jelas Chris.

Hal itu diamini oleh Ann, yang menambahkan bahwa para pengungsi Rohingya akan terus berusaha keluar dari kamp pengungsi di Bangladesh selama anggota keluarga mereka masih tersebar di negara-negara lain.

Baca juga: Menlu Retno: 99 Pengungsi Rohingya di Aceh Negatif Covid-19

Sejumlah perempuan imigran etnis Rohingya menaiki truk evakuasi pascaterdampar di pesisir Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe, Aceh, Senin (7/9/2020). Sebanyak 297 imigran etnis Rohingya, dengan rincian 181 perempuan, 102 orang laki-laki, dan 14 orang anak-anak, terdampar ke perairan Aceh sekita pukul 00.30 WIB pada Senin dini hari.ANTARA FOTO/RAHMAD Sejumlah perempuan imigran etnis Rohingya menaiki truk evakuasi pascaterdampar di pesisir Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe, Aceh, Senin (7/9/2020). Sebanyak 297 imigran etnis Rohingya, dengan rincian 181 perempuan, 102 orang laki-laki, dan 14 orang anak-anak, terdampar ke perairan Aceh sekita pukul 00.30 WIB pada Senin dini hari.
"Ini adalah fenomena yang berulang. Sampai negara-negara [Asia Tenggara] dan tentunya negara yang paling khawatir dengan masalah ini, belum memutuskan untuk membawa perdamaian ke Myanmar, dan menciptakan kondisi yang memungkinkan para pengungsi untuk pulang dengan aman dan dengan harga diri mereka utuh, hal ini akan selalu terjadi, selalu. Jadi formulanya sangat sederhana," imbuh Ann.

Kapal yang membawa sebanyak 297 orang pengungsi etnis Rohingya mendarat di Pantai Ujung Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, sekitar pukul 00.30 WIB, Senin (07/09) dini hari, kata otoritas setempat.

Keterangan yang dihimpun staf UNHCR di Lhokseumawe menyebutkan bahwa pengungsi Rohingya itu "tujuh bulan di laut".

Baca juga: Menlu: atas Nama Kemanusiaan, Indonesia Menerima Sementara Pengungsi Rohingya

"Dari keterangan mereka, sudah 7 bulan di laut," kata staf UNHCR di Lhokseumawe, Oktina, kepada wartawan, Seninm (7/9/2020).

Pada Senin siang, sebanyak 297 orang pengungsi Rohingya tersebut sudah ditempatkan sementara di gedung Balai Latihan Kerja (BLK) di Lhokseumawe, kata pejabat setempat. Dari 297 orang, ada 181 orang yang berjenis kelamin perempuan, 102 lelaki, sementara ada 14 anak-anak.

Sebelumnya laporan resmi otoritas keamanan setempat menyebutkan kapal tersebut "mendarat di bibir pantai" dan orang-orang yang berada di atas kapal itu kemudian "berhamburan dan berlarian meninggalkan kapal."

Baca juga: Rohingya di Aceh, Dilema Antara Kemanusiaan dan Potensi Kecemburuan Sosial

Kedatangan pengungsi Rohingya ini merupakan gelombang kedua dalam dua bulan terakhir di Aceh. Pada Juni lalu, sebanyak 94 pengungsi Rohingya telah terdampar di perairan Aceh Utara.

Di mana orang-orang Rohingya itu ditempatkan?

Kapal yang membawa 297 orang pengungsi etnis Rohingya mendarat di pantai Lhokseumawe, Aceh.Hidayatullah/BBC Indonesia Kapal yang membawa 297 orang pengungsi etnis Rohingya mendarat di pantai Lhokseumawe, Aceh.
Pemerintah kota Lhokseumae mengatakan, 297 orang Rohingya itu sudah dipindahkan ke kantor Balai Latihan Kerja (BLK) di kota itu.

Mereka dipindahkan dengan menggunakan truk milik TNI.

Kepala Bagian Humas Kota Lhokseumawe, Marzuki, mengatakan untuk sementara mereka dipindahkan ke BLK dan "ditempatkan di dalam tenda-tenda dan aula" atas alasan kemanusiaan.

"Untuk selanjutnya baru akan dilakukan pendataan oleh UNHCR dan IOM," kata Marzuki.

Baca juga: Cerita Pengungsi Rohingya: Ingin Mengadu Nasib ke Malaysia Malah Terdampar di Aceh, 15 Meninggal Saat Perjalanan

Namun demikian Marzuki menegaskan pengungsi 297 orang pengungsi Rohingya ini "tidak akan digabung" dengan pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh pada Juni lalu.

"Tak boleh bergabung, tak boleh bertemu, tak boleh berkomunikasi, karena kita khawatir diantara mereka ada hubungan family (keluarga), sampai kondisi normal," kata Marzuki.

Marzuki menambahkan 297 orang pengungsi Rohingya itu akan melakukan rapid tes. "Utuk peralatannya sudah dipersiapkan oleh pemerintah Kota Lhokseumawe," ungkapnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com