Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Masyarakat NTT Punya Ikatan Emosional dengan Kompas dan Jakob Oetama"

Kompas.com - 10/09/2020, 07:01 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) turut berduka yang mendalam atas meninggalnya pendiri Grup Kompas Gramedia, Jakob Oetama.

Hal itu disampaikan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT Marius Ardu Jelamu melalui sambungan telepon, Rabu (9/9/2020) malam.

Menurut Marius, Jakob memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa.

"Kompas itu kita tahu, dibaca oleh semua kalangan dan menjadi harian terbesar kelima di dunia. Masyarakat NTT dari dulu juga ikut berjasa dalam mendirikan Kompas," ungkap Marius.

Dahulu, kata Marius, izin pendirian Kompas dikeluarkan jika memenuhi 5.000 tanda tangan pelanggan. Sebagian besar tanda tangan itu berasal dari Flores, NTT.

Hal itu membuat masyarakat NTT memiliki ikatan batin dengan Kompas.

Baca juga: Jakob Oetama Wafat, Seniman Yogyakarta Gelar Doa Bersama di Taman Yakoban

"Masyarakat NTT punya ikatan emosional tersendiri dengan Kompas dan Bapak Jakob Oetama, karena punya jasa untuk mendirikan Kompas," kata Marius.

Bahkan, kata dia, banyak putra dan putri asal NTT juga bekerja di Kompas Gramedia.

"Pak Jakob Oetama sebagai pemimpin umum atau pendiri Kompas tahu persis bagaimana peranan masyarakat NTT dalam pendirian Harian Kompas, sehingga kita sangat berdukacita atas wafatnya almarhum," kata dia.

Pemerintah NTT, lanjut Marius, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kerja keras dan jasa Jakob Oetama dalam mendirikan Kompas Gramedia.

Kompas Gramedia, kata Marius, juga menerbitkan sejumlah buku berkualitas.

Marius menyebutkan, masyarakat Indonesia sangat kehilangan Jakob Oetama karena jasa-jasanya dalam membangun dan mencerdaskan bangsa, termasuk NTT.

Banyak buku bermutu yang diterbitkan Gramedia dan menjadi referensi masyarakat Indonesia dan NTT. Buku itu menjadi sumber ilmu bagi masyarakat.

"Jakob Oetama bukan milik nasional, tapi juga milik NTT karena kita punya peranan mendirikan Harian Kompas dan kita punya sejarah tentang itu," kata Marius.

Jakob Oetama dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading sejak 22 Agustus 2020. 

Kondisinya sempat membaik di tengah perawatan. Namun, karena faktor usia dan penyakit komorbid, kondisi Jakob memburuk dan akhirnya meninggal.

Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 27 September 1931.

Baca juga: Kenang Jakob Oetama, Rektor UGM: Beliau Tokoh Pers Legendaris

Dia mengawali kariernya sebagai seorang guru. Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga mendirikan jaringan media Kompas Gramedia bersama rekannya, PK Ojong.

Jakob Oetama mengawali karier sebagai guru pada 1952-1953 di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat.

Kemudian, pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Jakarta pada 1953-1954 dan pindah lagi ke SMP Van Lith di Gunung Sahari pada 1954-1956.

Barulah tumbuh minat untuk menulis atau terjun di dunia jurnalistik. Jakob Oetama mengawali karier jurnalistik sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta.

Hingga bersama rekannya, almarhum Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari pada 1963. Pada 1965, Jakob menerbitkan Harian Kompas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com