Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Sriah 30 Tahun Hidup di Gubuk Terpal, Berbagi Makan dengan Kucing-kucing

Kompas.com - 10/09/2020, 06:07 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Seorang nenek berusia 75 tahun tinggal sebatang kara selama 30 tahun di gubuk reyot yang dibangun di emperan bekas pertokoan.

Mbah Sriah namanya.

Rumah terbuat dari terpal berukuran 1 meter x 2 meter dengan tinggi sekira 2,5 meter di Kampung Purwodinatan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.

Di usia senjanya sang nenek yang tidak bisa berjalan ini tinggal di gubuk beralaskan tanah ditemani empat ekor kucing kesayangannya.

Kucing-kucing peliharaannya itu masing-masing diberi nama Apuk, Manis, Sireng dan Penceng.

Baca juga: Kisah Mbah Riyem Hidup Sebatang Kara, 50 Tahun Jalan Kaki Berjualan Kerupuk

Tak hanya empat kucingnya, dia juga kerapkali berbaik hati memberi makan kucing-kucing liar yang hidup di sekitar perkampungan.

"Semua kucing di sekitar sini kalau ada makan saya kasih semua," katanya seraya memberi makan kucing-kucingnya.

Mbah Sriah setiap hari mengais rezeki dengan cara memunggut sampah di TPS Petudungan di seberang tempat tinggalnya.

Hasilnya yang tak seberapa digunakannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memberi makan kucing.

Padahal, dari bekerja mengumpulkan sampah dia hanya mendapatkan uang sebesar Rp 30.000-Rp 50.000 sehari.

"Memang pas-pasan, kadang juga kurang namun bismillah berbagi seadanya," ujarnya.

Mbah Sriah bercerita dulu sebelum menetap di gubuk reyotnya, dirinya sempat tinggal di Boja, Kendal bersama suami dan empat anaknya.

Namun suami dan empat anaknya meninggal dunia.

"Suami mbah sudah meninggal. Empat anak mbah juga sudah meninggal semua. Ada yang sakit dan ketabrak," ceritanya dengan sorot mata yang berkaca-kaca.

Kondisi Mbah Sriah memang tidak bisa berjalan sejak tiga tahun yang lalu karena pernah terjatuh.

Kalau berjalan, Mbah Sriah harus menyeret badannya.

Kendati hidup dengan keterbatasan, namun dirinya tak pernah mengeluh.

Bahkan, dia dikenal sebagai sosok yang periang dan pecinta kucing.

"Kaki sudah tidak bisa jalan. Dulu jatuh tapi tidak pernah diobati. Kalau pegal paling diurut pakai minyak," ujarnya.

Baca juga: Kisah Uus, Beli Bayi Lutung Rp 800.000, Diberi Nama Manda Fransica hingga Dianggap Anak Sendiri

Mbah Sriah mengaku betah tinggal di gubuk kecilnya yang sekarang dan tak ingin pindah.

Padahal di rumahnya tidak ada kamar mandi maupun saluran pembuangan air.

Jika ingin mandi atau buang air, Mbah Sriah harus menuju bantaran sungai yang berada di seberang rumahnya.

"Di gubuk rasanya hangat kalau malam, tidak kehujanan, nyamuk ada tetapi sedikit," akunya.

Melihat kondisi Mbah Sriah tersebut sejumlah relawan pecinta binatang berniat mengumpulkan donasi untuk membantu Mbah Sriah memberi makan kucing-kucingnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com