Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cinta Slamet pada Ibunya, Ngamen dan Kumpulkan Rp 20.000 Per Hari untuk Daftarkan Haji

Kompas.com - 06/09/2020, 11:26 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang pria yatim di Desa Kerpangan, Kecamatan Lecet, Probolinggo bernama Slamet Effendy (30) memiliki impian berhaji bersama ibundanya.

Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, Slamet berupaya mengumpulkan sedikit demi sedikit uang dari hasil mengamen.

Setelah 10 tahun, ia pun bisa mendaftarkan ibunya yang bernama Atmani berhaji.

Baca juga: Nabung 10 Tahun, Pengamen Daftar Haji Bersama Ibunya

Ngamen sejak pagi hingga malam, tabung Rp 20.000 per hari

Ilustrasi menabungSHUTTERSTOCK/LOVEYDAY12 Ilustrasi menabung
Bagi Slamet, untuk menginjakkan kaki ke Tanah Suci bersama ibundanya bukan hal mudah.

Ayahnya telah lama meninggal karena sakit. Sedangkan sehari-hari Slamet hanya mengandalkan uang dari hasil mengamen.

Akibat kondisi keuangan keluarganya yang terbatas, Slamet terpaksa harus putus sekolah sejak SD.

Slamet mengatakan, setiap hari dirinya mengamen dari pagi hingga malam demi mewujudkan impian berhaji dengan sang ibu.

Baca juga: Kisah Cinta Anang Rawat Istri yang Dua Kakinya Diamputasi, Tinggalkan Pekerjaan dan Jadi Penjual Tembakau

Biasanya, Slamet berangkat mengamen dengan berjalan kaki pada saat Subuh dan kembali pukul 22.00 WIB.

Uang yang didapatnya tersebut ia kumpulkan sedikit demi sedikit.

"Tiap hari nabung ke ibu Rp 20.000- Rp 25.000. Tabungannya disimpan ibu. Kalau sudah banyak, uang recehan ditukar ke toko," kata dia.

Oleh ibunya, uang-uang itu hanya disimpan di kantong plastik di rumahnya.

"Disimpan di tas kresek dan disimpan di rumah sampai banyak," Slamet mengenangnya.

Baca juga: Kisah Pilu Pemulung dan Bayinya yang Berusia Satu Bulan, Tidur di Gerobak Sampah karena Terusir

 

Slamet dan ibunya menunjukkan surat pendaftaran haji. L. Hidayat for KOMPAS Slamet dan ibunya menunjukkan surat pendaftaran haji.
Mendaftar haji

Uang tersebut cukup untuk mendaftar haji setelah Slamet dan ibunya menabung bertahun-tahun.

"Saya nabung 10 tahun," ungkap dia.

Pada tahun 2018, Slamet akhirnya mendaftarkan sang ibu berhaji. Menyusul kemudian, Kamis (3/9/2020), Slamet mendaftarkan dirinya sendiri.

Meski keduanya telah mendaftar, namun keinginan berhaji bersama sepertinya belum bisa terpenuhi.

Sebab, Slamet diperkirakan berangkat tahun 2045 sedangkan sang ibu di tahun 2043.

Hal itu terjadi lantaran Slamet dan ibunya tidak mendaftar bersamaan.

"Saya ingin berangkat haji sama ibu. Semoga pihak terkait bisa bantu saya," ujar dia.

Baca juga: Pengemudi Ojol Bawa Balita 2,5 Tahun Tiap Kerja, Hasran: Dia Ditinggal Ibunya

Mendafar diantar tetangga karena tak bisa baca tulis

Ilustrasi jemaah hajiTRIBUNNEWS/HENDRA GUNAWAN Ilustrasi jemaah haji
Ketika mendaftar ke Kantor Kemenag, Slamet minta diantarkan oleh tetangganya, Yuyun.

Yuyun yang sehari-hari berjualan bakso langsung mengiyakan.

Ia tahu, Slamet telah bercita-cita naik haji bersama ibundanya sejak kecil dan bekerja keras untuk mewujudkannya.

"Dia ngamen dari pagi sampai jam 10 malam, pulang cuma makan lalu berangkat ngamen lagi," kata Yuyun.

Yuyun mengatakan, ia juga mengantar Slamet lantaran pria itu terpaksa putus sekolah sejak SD dan tak bisa baca tulis.

Yuyun berharap, Slamet bisa mewujudkan impian berhaji bersama ibunda.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol | Editor: Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com