Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Kampung Kasih Sayang di Langkat: Susah Senang Kami Tanggung Bersama

Kompas.com - 05/09/2020, 13:10 WIB
Rachmawati

Editor

Mereka datang dari segala penjuru, bukan hanya dari Sumatra Utara. Kini, ada 1.100 jiwa dari 260 kepala keluarga yang menghuni Kampung Matfa.

Latar belakang mereka beragam. Mulai dari yang dulunya petani, guru, anggota kepolisian, pengusaha, dokter hingga mantan anggota legislatif.

Salah satunya, seorang lelaki paruh baya yang kami temui saat tengah bersiap menuju masjid.

Namanya Aldi Nasution. Di kampung ini, Aldi tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia tinggal sekitar 500 meter dari tempat Kholiq.

Baca juga: Masjid Lautze Jadi Simbol Toleransi Kawasan Pecinan di Sawah Besar

Sebelum menjadi penduduk kampung Matfa, Aldi telah menetap di berbagai kota. Asalnya dari Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Namun ia sempat menetap di Jakarta selama beberapa tahun.

Di kampung asalnya, Aldi termasuk orang yang diperhitungkan. Dia merupakan mantan anggota legislatif pertama setelah Kabupaten Mandailing Natal mekar dari Kabupaten Tapanuli Selatan pada 1999 silam.

Dalam karir politik, Aldi mengaku sempat jadi pucuk pimpinan partai di daerahnya.

Aldi menjelaskan tujuannya pindah ke Kampung Matfa, "Saya menemukan apa yang saya cari. Yaitu ajaran Bung Karno. Saya penasaran sekali dengan Pancasila dan agama, kandungan-kandungan di situ," katanya.

Baca juga: Potret Lasem, Tempat Keberagaman dan Toleransi Terjaga dengan Baik

Dijuluki kampung Kasih Sayang

Hampir setiap pekan, Kholiq yang jadi juru bicara Kampung Matfa selalu disibukkan dengan kedatangan sejumlah tamu dari berbagai penjuru.

Sejak beberapa tahun terakhir, kampungnya memang semakin sering disambangi sejumlah orang.

Kholiq yang berpostur kekar dengan dagu kaku serta rambut panjang yang lebih sering diikat, terlihat ramah. Dia memang menjadi ujung tombak saat para tamu datang ke kampung tersebut.

Keramahan yang tampak pada Kholiq juga ditunjukkan warga Kampung Matfa, sehingga masyarakat di luar kampung itu menyebutnya sebagai ciri tersendiri.

Baca juga: Kelenteng Boen Tek Bio, Simbol Toleransi di Tengah Pasar Lama Kota Tangerang

Barangkali itulah sebabnya kampung ini dijuluki sebagai Kampung Kasih Sayang.

Di balik julukan itu, sistem sosial yang diterapkan penduduk Kampung Matfa memang didasari dua hal, kasih dan sayang. Semuanya dilakukan secara bersama-sama dan diputuskan melalui musyawarah.

Warga menetap di bangunan semi permanen yang sama bahan dan ukurannya

Baca juga: Indahnya Toleransi Jelang Natal di Bukit Menoreh: Warga Beda Agama Bantu Bersihkan Gereja

Di kampung ini, misalnya, warga menetap di bangunan semi permanen yang sama bahan dan ukurannya. Mereka menyebutnya barak, yang masing-masing berukuran 4x10 meter.

Konstruksinya berbahan dasar anyaman bambu, kayu dan daun rumbia. Selain dinding tepas, tidak ada lagi pemisah antar tiap rumah.

Ada ratusan barak persegi, tempat tinggal warga yang disusun memanjang dan saling berdampingan satu dan yang lain, membentuk lorong panjang.

Setiap lorong barak memiliki koordinator yang akan mendata kebutuhan untuk kemudian dilaporkan dan dipenuhi.

Baca juga: Tari Sufi Iringi Misa Natal di Kota Malang, Pengurus Gereja: Terimakasih Telah Membangun Toleransi

Memenuhi kebutuhan sendiri

Kampung Matfa juga memiliki layanan kesehatan yang dinamakan Rumah Sehat serta sekolah sendiri.Nanda Fahriza Batubara Kampung Matfa juga memiliki layanan kesehatan yang dinamakan Rumah Sehat serta sekolah sendiri.
Ya, di kampung ini warga tak terlalu memusingkan pemenuhan kebutuhan. Kampung Matfa mengupayakan kemandirian. Seluruh kebutuhan dicukupi dari hasil produksi berbagai sektor yang dikelola sendiri oleh warga.

Di lahan seluas tak lebih dari 20 hektare itu, mereka mengelola lahan pertanian seluas total 7 hektare.

Selain ada itu, 15 kolam ikan, peternakan kambing dan ayam, usaha perbengkelan dan lain sebagainya.

Masyarakat juga mengelola industri batu bata, industri tahu kedelai dan dalam waktu dekat akan memasarkan air mineral.

Baca juga: Wamenag: Papua Barat Layak Jadi Laboratorium Kerukunan Beragama

Semua sektor ini dikelola warga berdasarkan keahlian masing-masing.

Seperti yang dilakukan Mulyanto, lelaki usia 53 tahun, yang senang bertani. Dulu, ia bekerja sebagai pegawai honorer di instansi pemerintah dan tinggal di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.

Sama seperti sebagian besar penduduk lain, Mulyanto dan keluarga juga pindah pada 2012 silam dengan alasan serupa, "Ingin menjadi lebih baik."

Sementara para perempuan di kampung ini tergabung dalam kelompok usaha mikro yang memproduksi berbagai macam jajanan tradisional.

"Jadi kami ibu-ibu di sini membuat jajanan tradisional dan kemudian dijual ke pasar. Hasilnya nanti akan dimasukkan ke Baitul Mal," kata seorang perempuan, Siti Syarah.

Baca juga: Lambang Kerukunan Umat Beragama, Terowongan Silaturahim akan Dibangun di Tempat Lain

Baitul Mal, sumber dana warga

Seorang lelaki menyiram tumbuhan bayam di ladang pertanian Kampung Matfa.Nanda Fahriza Batubara Seorang lelaki menyiram tumbuhan bayam di ladang pertanian Kampung Matfa.
Bermacam komoditas yang dikelola warga dijual ke pasar di kota maupun pasar terbuka yang dibangun penduduk di Kampung Matfa. Hasil penjualan langsung disetor ke badan pengelolaan keuangan yang disebut Baitul Mal.

Dari Baitul Mal inilah semua sumber biaya kebutuhan warga berasal. Bukan hanya untuk makan dan minum, kebutuhan lain mulai dari sikat gigi hingga pesta pernikahan pun dipenuhi dari Baitul Mal.

Kampung Matfa juga memiliki layanan kesehatan yang dinamakan Rumah Sehat serta sekolah sendiri.

Tidak ada pungutan sama sekali. Semua pelayanan tersebut digratiskan bagi warga, dengan sumber dana dari Baitul Mal.

Baca juga: Hadiri Perayaan Cap Go Meh, Wali Kota Hendi Ajak Warga Jaga Kerukunan

Sekolah di kampung ini bertempat di masjid dan dikelola oleh 50 orang guru yang berbagi tugas sesuai latar belakang disiplin ilmu masing-masing.

Hampir separuhnya mengajar di level taman kanak-kanak dan play group, sementara sisanya mengajar Madrasah Ibtidaiyah-setara Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah-setara Sekolah Menengah Pertama, serta Madrasah Aliyah-setara Sekolah Menengah Atas.

Lembaga pendidikan Kampung Matfa bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam Pembangunan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com