Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bandung, Sampah Organik Bisa Ditukar dengan Bibit, Kompos, hingga Peralatan Perkebunan

Kompas.com - 02/09/2020, 15:47 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Teras Hijau Project meluncurkan konsep dan kebun baru di RW 07 Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Bandung.

Tanah seluas 516 meter persegi itu nantinya menjadi percontohan “Buruan Sae Lembur Tohaga Lodaya”.

Perwakilan Teras Hijau Project, Melia Famiola mengatakan, lahan ini disewa dari masyarakat dengan harga sangat murah melalui dana pengabdian masyarakat Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB).

“Alhamdulillah, harga sewanya sangat ringan, pemiliknya sangat baik,” ujar Melia di Bandung, Rabu (2/9/2020).

Baca juga: ASN di Cianjur Ubah Sampah Organik Jadi Produk Kecantikan

Lewat lahan itu, pihaknya menggenjot ketahanan pangan dan pengelolaan sampah-sampah makan (food waste). Untuk itulah, kebun tersebut memiliki empat fungsi.

Pertama, crowded farming orchestrator. Masyarakat bisa datang ke tempat ini membawa sampah organiknya.

Setiap sampah akan diberi poin yang bisa ditukar dengan bibit, pupuk organik, kompos, dan peralatan berkebun lainnya dengan cuma-cuma.

Setelah tanamannya menghasilkan dan tidak habis dikonsumsi di rumah, masyarakat bisa menjualnya ke kebun.

“Kami akan membeli dengan dengan ukuran gram, nanti kami akan mendistribusikannya ke masyarakat yang membutuhkan,” tutur Melia.

Baca juga: Tri Purwo Handoyo, Pelopor Pengelolaan Sampah Organik di Lampung Utara

Fungsi kedua, green technology diffusion assistant, yakni ingin membantu para innovator menguji inovasinya, khususnya inovasi yang mendukung keberlanjutan.

Sebab lebih dari lima tahun membantu komersialisasi teknologi di ITB, ia kerap kesulitan meyakinkan masyarakat menggunakan produk mereka walaupun gratis.

 

Jadi inspirasi

Ilustrasi sampah organikSHUTTERSTOCK Ilustrasi sampah organik
Ketiga, green momebased business incubation and new bio-base start up accelerator.

Maksudnya, kebun ini diharapkan bisa menginspirasi masyarakat dan anak-anak muda untuk melahirkan bisnis baru, bisnis masa depan dengan mengolah dari tumbuh-tumbuhan.

“Kami siap menjadi incubator mereka di sini yang nanti akan ajak dosen-dosen SBM untuk bisa berkontribusi, akan ada beberapa workshop kita lakukan di depan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat di sini,” tutur dia.

Terakhir, bio based learning experiences fasilitator. Intinya, kebun ini akan terbuka untuk anak-anak belajar biologi dan memahami alam. Bahkan program-program sekolah pun akan difasilitas di sini.

Melia mengungkapkan, pendirian kebun baru ini tidaklah mudah. Awalnya, sekelompok mahasiswa merintis riset studi pustaka, kualitatif, hingga action study.

Dengan bimbingan dosen, mereka melibatkan warga Sukaraja melalui pendanaan bersaing riset SBM ITB melakukan uji coba.

Awalnya uji coba dilakukan di lahan 70 meter persegi selama sembilan bulan. Setelah sembilan bulan berlalu, mereka mendapatkan lahan baru seluas 516 meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com