Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Serangan Ribuan Tomcat di Indramayu, Muncul Malam Hari dan Anak-anak Jadi Korban

Kompas.com - 02/09/2020, 05:05 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejak sepekan terakhir tepatnya mulai Kamis (27/8/2020) ribuan tomcat menyerang warga Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat.

Tak hanya menyerang orang dewasa, tomcat juga menyerang anak anak dan menggigit di bagian mata serta mulit.

Menurut Rantinih (20) warga Pabean Udik ribuan tomcat itu muncul saat malam hari. Ia mengaku merasakan perih dan panas saat digigit tomcat.

Baca juga: Misteri Serangan Ribuan Tomcat di Indramayu, Berlangsung Sepekan, Hanya Gigit Anak-anak di Malam Hari

"Awalnya itu pagi-pagi kita bangun tidur dan pas keluar banyak ribuan (tomcat) itu. Terus sampai saat ini masih ada terutama saat malam lampu menyala, mereka (tomcat) itu ada," ujarnya.

Ia sendiri mengaku tidak tahu penyebab munculnya tomcat di lingkungannya.

"Enggak tau sih penyebabnya. Kayaknya sih ribuan ada. Dan saat digigit itu rasanya sakit, perih dan panas," kata Rantinih, Selasa (1/9/2020).

Baca juga: [VIDEO] Ribuan Tomcat Serang Warga Indramayu


Sejak sepekan terakhir, menurut Rantinih sudah ada 10 anak-anak yang menjadi korban. Anak-anak itu mengeluh perih di bagian luka karena gigitan.

Untuk mengantisipasi, warga memilih menyemprot tomcat dengan cairan serangga.

Rantinih mengatakan kejadian tersebut sudah dilaporkan ke pemerintah setenpat.

"Sudah. Sudah ada yang datang dari pejabat. Tapi mereka tidak melakukan apa-apa hanya ngasih saran-saran saja," kata Rantinih.

Baca juga: Ribuan Tomcat Serang Anak-anak di Indramayu, Sekitar Mata dan Mulut Alami Luka Gigitan

Dinkes sebut puluhan anak jadi korban

Rantinih (20), warga Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, saat menunjukan anaknya terserang Tomcat, Selasa (1/9/2020)Kompas.com/ALWI Rantinih (20), warga Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, saat menunjukan anaknya terserang Tomcat, Selasa (1/9/2020)
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Indramayu, Jawa Barat Deden Bonni Koswara menyebut ada warga dan puluhan anak yang tergigit tomcat.

Saat ini pihaknya sedang melakukan pengecekan dan mendata para korban.

"Iya banyak yang terkena, dan saat ini masih dan sedang kita data," kata Deden, melalui pesan singkatnya saat dikonfirmasi oleh Kompas.com.

Deden menjelaskan langkah pertama yang dilakukan saat terkena serangan atau gigitan Tomcat adalah mengompres bagian luka karena gigitan Tomcat memiliki rasa perih dan panas.

Baca juga: Kembali Muncul, Ini Cara Mengusir Tomcat dan Pertolongan Pertama Jika Tergigit

"Saat terkena gigitan Tomcat jangan memencet binatang tersebut. Segera cuci dengan air dan sabun lalu lakukan kompres dingin untuk menghindari rasa terbakar di kulit," jelas Deden.

Setelah dikompres, korban bisa melihat reaksi gigitan.

Jika luka tambah melebar, Deden menyarankan agar korban segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

"Lalu lihat reaksi gigitannya. Kalau makin melebar atau tidak membaik, segera diperiksakan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat," pungkas Deden.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Mohamad Umar Alwi | Editor: Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com