Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda di Balik Lumpur Kesongo yang Telan 17 Ekor Kerbau, Kisah Ular Raksasa Jaka Linglung

Kompas.com - 01/09/2020, 10:05 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

 

BLORA, KOMPAS.com - Gunung lumpur (mud vulcano) Kesongo di  kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ternyata menyimpan cerita rakyat yang tragis

Menurut mitologi masyarakat, asal muasal "Kesongo" erat kaitannya dengan kisah Prabu Ajisaka dan putranya yang berwujud ular naga raksasa, Jaka Linglung pada masa kerajaan Medang Kamulan

Kepala Desa Gabusan, Parsidi, menyampaikan, dari cerita turun temurun leluhur setempat, keberadaan lumpur Kesongo bermula dari antipati Prabu Ajisaka dengan fisik dan tabiat sang anak, Jaka Linglung

Ajisaka pun berupaya menyingkirkan putranya itu dengan cara yang halus. Salah satunya Ajisaka berjanji akan mengakui Jaka Linglung sebagai anak asalkan Jaka Linglung sanggup  menumpas Bajul Putih (siluman buaya putih) yang menebar teror di pantai selatan.   

Baca juga: Ahli: Mud Volcano di Kesongo Menjadi Ciri Bersemayamnya Minyak dan Gas

Di luar perkiraan, Jaka Linglung berhasil membunuh dan membawa serta kepala bajul putih yang merupakan penjelmaan dari Prabu Dewata Cengkar, seorang Raja Kanibal yang dahulu pernah dikalahkan oleh Ajisaka.

Ajisaka kemudian memerintahkan Jaka Linglung untuk bertapa di tengah hutan dengan  tidak diperbolehkan makan dan minum.

Patuh dengan ayahandanya, Jaka Linglung pun lantas bersemedi dengan membuka lebar-lebar mulutnya menyerupai sebuah gua.

Ratusan tahun kemudian wujud naga Jaka Linglung pun sudah tak kentara akibat telah dipenuhi dengan lumut, semak dan tumbuhan merambat.    

Suatu ketika terjadi hujan lebat disertai badai, sepuluh anak desa yang kebetulan menggembala ternak di hutan kemudian berupaya mencari tempat berteduh hingga berujung berlindung di gua yang tak lain adalah mulut Jaka Linglung.

Saat itu, seorang anak yang berpenyakit kulit dipaksa keluar oleh kesembilan anak lainnya yang merasa jijik.

Dan saat itu pula Jaka Linglung langsung menelan sembilan anak tersebut karena kesakitan dengan keusilan mereka yang membacok-bacokkan golok ke dinding gua.

 "Saat itu salah satu anak penggembala yang berada di luar berlari meminta pertolongan kepada warga hingga terdengar ke telinga Prabu Ajisaka," terang Parsidi saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Minggu (30/8/2020).

Ajisaka pun murka dan saat itu Jaka Linglung yang merasa bersalah kemudian masuk ke dalam perut bumi untuk melanjutkan pertapaannya. Seketika itu juga muncul fenomena ledakan lumpur di lokasi tersebut.

"Tempat itu akhirnya dinamai Kesongo jika diartikan dalam bahasa Jawa yaitu cah songo yang artinya sembilan anak," ungkap Parsidi.

Versi lain

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com