"Ini merupakan wujud kekecewaan kami. Biayanya mahal tapi belum juga terbeli. Daripada dipajang, ya kami bakar saja," ujar Fadol di lokasi yang sama.
Fadol mengatakan, biasanya pertengahan Agustus gudang sudah mulai buka. Akan tetapi sampai sekarang tidak satu pun gudang tembakau buka.
Terkait modal, lanjut Fadol, bukan hanya ketika pasca-panen. Saat pasca-tanam petani harus bersusah payah mencari modal untuk bajak sawah dan lain sebagainya.
Belum lagi mereka masih dicekik oleh persoalan pupuk yang harganya mahal, sekitar Rp 300.000 hingga Rp 500.00 per kuintal.
"Petani juga minta bisa menjual langsung ke gudang, tidak melalui tengkulak," ujar Fadol.
Fadol menyebut, tidak dibukanya gudang berpotensi timbulnya permainan. Karena gudang belum buka, tengkulak membeli tembakau petani dengan harga murah.
Baca juga: Kronologi Petani Tembakau Tewas Tersambar Petir di Hadapan Anak dan Suaminya
Saat gudang sudah buka, tengkukak menjual tembakau dengan harga mahal.
Supatma, petani tembakau wanita, juga meluapkan emosinya lantaran biaya tanam yang digarap butuh modal tak sedikit.
"Bahkan, modalnya pun dari utang ke bank. Pupuk mahal, obat mahal, ongkos yang kerja juga mahal," tukas Supatma.
Ditemui di tempat terpisah, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Petunjungan Muhammad Ishaq Baihaqi, menilai, aksi sejumlah petani tersebut merupakan bentuk kekesalan lantaran gudang tembakau tidak dibuka saat musim panen.
Para petani, kata dia, juga berharap jika gudang dibuka bisa menjual langsung ke gudang, tidak melalui tengkulak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.