Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga 2 Desa Ini Setiap Hari Bertaruh Nyawa Seberangi Jembatan Bambu

Kompas.com - 30/08/2020, 08:55 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BULUKUMBA, KOMPAS.com - Warga Desa Bontominasa dan Desa Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, terpaksa setiap hari bertaruh nyawa menyeberangi jembatan darurat untuk menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.

Warga, ketika melewati jembatan tersebut, harus berhati-hati, pelan-pelan dan fokus, karena jika banyak gerak bakal jatuh ke sungai.

Warga berinisiatif membuat jembatan gantung dari bambu dengan dana swadaya.

Jembatan bambu itu memiliki panjang 25 meter dan tinggi enam meter dari permukaan air.

Baca juga: Banjir Bandang Rendam 3 Desa, Hancurkan Jembatan Bambu di Bandung Barat

Salah satu warga Jojjolo, Rosma (50), mengatakan, jembatan bambu hanya bisa digunakan warga untuk jalan kaki ketika pergi ke kebun, dan dipakai pelajar SD yang akan berangkat sekolah di Bontominasa.

"Sedangkan kendaraan bermotor, baik sepeda motor apalagi mobil, tidak bisa melintas," kata Rosma saat ditemui Kompas.com, Kamis (27/8/2020).

Pada musim hujan dan banjir, lanjut Rosma, aktivitas warga menjadi lumpuh. Apalagi ketika air sungai meluap hingga masuk ke dapur rumah di sekitarnya.

"Air sering masuk ke rumah hingga masuk ke dapur. Sawah di depan rumah juga jadi imbasnya. Selain itu, anak saya yang sekolah di SD Negeri 280 Bontominasa tidak berangkat ke sekolah," tuturnya.

Selain itu, suami Rosma meninggal dunia karena tidak bisa rutin kontrol ke RSUD Bulukumba karena jembatan tak bisa diakses.

"Suami saya, setelah dioperasi harus kontrol tiga kali sepekan ke RSUD Bulukumba, tapi meninggal dunia karena tidak bisa jalan melewati jembatan. Mau dibawa pergi tidak bisa karena mobil tidak sampai ke rumah," ungkapnya.

Rosma mengatakan, pada tahun 2019, pernah ada tamu mau menyambangi rumah Rosma, pas melewati jembatan itu jatuh lalu hanyut. Beruntung saat itu banyak warga sehingga korban segera ditolong.

Rosma berharap agar pemerintah memperhatikan kesulitan warga dengan membangun jembatan permanen di daerah itu.

Dihubungi terpisah, Kades Bontominasa Lukman (34) menuturkan, jembatan bambu itu bukan kewenangan pemerintah desa untuk menganggarkan, melainkan otoritas pemerintah kabupaten.

"Tinggal kita membangun komunikasi dengan Pemda Bulukumba dengan diusulkan di musrembang. Agar pemda bisa menjadikan program prioritas dengan melibatkan anggota DPRD dari dapil 3 Bulukumpa Rilau Ale, untuk mengawal saat pembahasan," ujarnya.

Baca juga: Warga 4 Desa di Bogor Bertaruh Nyawa Seberangi Banjir dengan Jembatan Bambu Selebar 50 Cm

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bulukumba, Rudy Ramlan mengaku baru mengetahui bahwa ada jembatan bambu di daerah tersebut.

"Saya baru tahu ini. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan tinjau ke lokasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com