KOMPAS.com- Upaya berperang melawan Covid-19 dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya dengan uji klinis vaksin Covid-19.
Sejumlah relawan terlibat dalam proses uji klinis ini, salah satunya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sejak menyatakan telah mendaftarkan diri secara resmi menjadi relawan pada awal Agustus 2020 lalu, Ridwan Kamil telah melalui serangkaian proses.
Emil, demikian sapaan akrab Ridwan Kamil, akhirnya menjalani proses penyuntikan vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Puskesmas Garuda, Bandung, Jumat (28/8/2020).
Berikut perjalanannya:
Baca juga: 3 Hari Lagi Disuntik Vaksin Covid-19, Ridwan Kamil: Kalau Ada Reaksi, Kami Harus Tanggung Jawab
Sebelum memantapkan niatnya menjadi relawan, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sempat menemui ibundanya.
Emil mendapatkan nasihat berharga dari sang ibunda.
"Nasihat dari Ibu saya, kalau ada rebutan rezeki, rakyat di depan, pemimpin belakangan. Kalau ada ramai kekhawatiran, pemimpin di depan duluan, baru rakyat belakangan," kata Emil menirukan ibunya.
Baca juga: Pro-Kontra Pembukaan Bioskop, Ini Kata Ridwan Kamil hingga Ganjar
Senin (10/8/2020), Emil menyatakan secara resmi telah mendaftar sebagai relawan pengetesan vaksin Covid-19.
"Saya sudah mendaftar, didaftarkan oleh tim kesehatan saya secara online. Jadi kuitansi online-nya sudah ada, nanti saya posting juga bahwa mendaftarnya sudah," kata dia.
Saat itu, untuk diterima, Emil harus menunggu keputusan perihal lolos tidaknya kondisi fisiknya untuk dinyatakan sebagai relawan.
"Menunggu pengumuman dari sisi kesehatan dan lain-lain bahwa saya laik dan siap menjadi relawan, tapi kalau dari sisi mendaftar sudah," tutur dia.
Emil kemudian resmi menjadi relawan yang akan disuntik vaksin Covid-19.
Baca juga: Tes Swab Negatif, Ridwan Kamil Akan Disuntik Vaksin Sinovac
Di balik keikutsertaan Emil menjadi relawan, ada alasan besar dan rasa tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Emil, saat itu mengatakan, dirinya ingin mengikis keraguan masyarakat mengenai upaya pemerintah yang tengah berupaya mencari vaksin bagi virus mematikan ini.
"Kalau pemimpinnya ikut, rakyat juga yakin bahwa semuanya berproses secara ilmiah. Jadi tidak ada istilah rakyat dikorbankan, pemimpinnya saja enggak yakin masa rakyatnya harus ikutan," ujar Emil.
Emil menilai melawan Covid-19 bak menghadapi medan pertempuran.
"Jabar mengklasifikasikan Covid-19 ini sebagai perang. Kalau perang semua harus bela negara tidak hanya yang punya jabatan semua rakyat berjuang," ungkap dia.
Jika vaksin Covid-19 telah lulus uji klinis, Emil dapat membuktikan bahwa vaksin ini aman digunakan.
Sehingga, warga tak perlu ragu divaksinasi jika uji klinis ketiga vaksin buatan Sinovac ini berhasil diproduksi massal.
"Doakan lancar, karena kalau ada reaksi-reaksi ya kami harus bertanggung jawab dan juga menjadi kesaksian. Tapi sampai hari ini dari ratusan (relawan yang sudah divaksin), Alhamdulillah lancar," kata dia.
Baca juga: Usai Disuntik Calon Vaksin Covid-19, Pengemudi Ojek: Ngantuk Tak Tertahan
Upaya Emil menjadi relawan penyuntikan dibarengi dengan usaha menjaga fisik agar bugar hingga hari penyuntikan vaksin.
Emil mengaku terus mengatur pola makan dan tidurnya agar fisiknya terjaga.
"Seminggu terakhir mencoba memaksimalkan kebugaran. Olahraga, makan juga diatur, tidak asal-asalan," kata dia, Senin (24/8/2020).
Di sisi lain, Emil juga meningkatkan ibadah untuk mempersiapkan batinnya.
"Batin, ibadah juga ditingkatkan sambil baca-baca tentang informasi kalau ada apa-apa," kata dia.
"Tapi intinya optimis. Jadi besok pagi mengawali pagi saya olahraga dulu, tidur banyak juga," lanjut Emil.
Baca juga: Ridwan Kamil Disuntik Vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda
Pada kesempatan ini, menurut tim uji klinis, relawan akan mendapatkan penjelasan mengenai alur uji klinis dan swab test.
Jika hasil tes swab positif, relawan gugur dalam uji klinis. Namun jika hasilnya negatif, relawan bisa mengikuti proses selanjutnya.
Selain Emil, Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jabar Ade Adhyaksa juga turut menjadi relawan.
Emil membenarkan, mereka diberi penjelasan perihal rangkaian uji klinis yang berjumlah lima tahap hingga enam bulan ke depan.
"Selama kunjungan pertama ini kami dicek kondisi kesehatan dari mulai tinggi badan, berat badan, wawancara riwayat kesehatan, kemudian pengecekan stetoskop, khususnya di bagian dada untuk memastikan kondisi awal memungkinkan," ujar Emil usai pemeriksaan.
Pada Kamis (27/8/2020), di Gedung Pakuan, Bandung, Emil menyatakan dirinya negatif Covid-19 dari hasil tes swab dan akan mengikuti penyuntikan pertama.
Baca juga: Ridwan Kamil Disuntik Vaksin Covid-19, Ini Pesan dari Tim Peneliti
Emil pun akhirnya menjalani penyuntikan vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Bandung, Jumat (28/8/2020).
"Puncaknya kami disuntik (vaksin). Khusus untuk saya, Pak Pangdam dan Kajati disuntik di tangan sebelah kiri, Pak Kapolda di sebelah kanan," kata dia.
Usai disuntik, Emil merasakan efek ringan.
"Setelah disuntik, testimoni pribadi saya agak pegal, nyut-nyutan," kata dia dalam konferensi pers.
Lalu, Emil diminta menunggu selama 30 menit untuk melihat apakah ada reaksi lainnya. Ia mengaku, setelag itu tak merasakan reaksi apapun.
"Setelah itu semua terlihat normal meski ada sedikit rasa baal di sebelah kiri. Kemudian kami disuruh menunggu karena reaksinya dilihat selama 30 menit," paparnya.
Baca juga: Klaster Industri Ditemukan, Ridwan Kamil Berharap Pabrik Tidak Tutup
Kartu itu sebagai laporan perkembangan kondisi tubuh selama dua pekan ke depan.
"Ada sekitar sembilan potensi reaksi yang harus dilaporkan jika terjadi mulai gejala ringan sampai agak berat. Itu rutin diisi setiap hari dan nanti bertemu lagi 14 hari dari sekarang dan kami akan mendapatkan penyuntikan kedua karena memang tipe vaksin ini dosisnya harus dua kali," jelas dia.
Dua pekan setelah penyuntikan pertama, Emil dijadwalkan kembali menjalani penyuntikan kedua.
Selama proses menunggu, tim peneliti mengimbau supaya Emil mengurangi aktivitas khususnya di luar daerah.
"Selama proses pengetesan harian kami diimbau untuk tidak banyak beraktivitas ke luar wilayah, agar saat nanti dibutuhkan untuk konsultasi atau dipanggil tim peneliti, kami siap sedia. Itulah alasan kenapa memang para relawan domisilinya di Bandung Raya bukan di tempat lain yang semata-mata untuk memudahkan proses," tutur Emil.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani | Editor : Aprillia Ika, Abba Gabrilin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.