Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penemu Gerabah Kuno di Desa Tua, Ketukan Pintu Mistis Sampai Ketemu Harimau

Kompas.com - 27/08/2020, 07:34 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Eka Safutra ingat betul bagaimana teman-temannya yang ikut ke hutan datang ke rumahnya dengan panik.

Ketukan pelan terdengar di pintu mereka satu per satu. Tak hanya mereka yang ikut ke hutan, warga lain pun merasakan.

Mereka kemudian mengumpulkan gerabah-gerabah kuno yang mereka temukan di pinggiran Taman Nasional Berbak.

Kawasan konservasi yang berbatasan langsung dengan desa mereka. Desa Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Beberapa gerabah yang mereka temukan seperti ada abu bekas pembakaran awalnya. Mereka membuang abu- abu itu dan membawanya pulang.

Setelah kejadian itu, mereka berasumsi bahwa ketukan pintu misterius itu diakibatkan gerabah yang mereka temukan. Lantas mereka mengumpulkan jadi satu dan menyimpannya di salah satu rumah teman mereka.

Selain kisah mistis ketukan pintu, Eka mengatakan dia dan teman-temannya juga sempat bertemu dengan harimau saat mencari keramik tersebut.

"Kami pun jalan menjauh pelan-pelan," katanya

Penemuan-penemuan gerabah kuno ini berawal pada musim batu cincin tahun 2017.

Baca juga: Cerita Mama Anastasia dan Gerabah Peninggalan Nenek Moyang

 

Keinginan mencari batu membawa Eka Safutra dan teman-temannya untuk masuk hutan Taman Nasional Berbak yang berbatasan langsung dengan desanya, Desa Rantau Rasau.

Dia bersama sekitar 5 temannya menggunakan kendaraan bermotor sampai perbatasan hutan lalu berjalan kaki.

Saat mereka mulai menggali dan mencari-cari di dalam hutan, mereka malah menemukan keramik dengan ukiran naga, gerabah-gerabah kuno yang beberapa retak seribu dan senjata-senjata kuno.

“Selain keramik ada juga senjata dari VOC, ada juga seperti manik-manik atau perhiasan. Kemudan ada juga seperti mahkota raja dari emas. Itulah katanya kemarin dijual tanpa sepengetahuan kami,” katanya saat ditemui Kompas.com pada Selasa (25/8/2020).

Gerabah tersebut, kata Eka, berada ada di satu hamparan sampai ke perbatasan TNB.

“Sampai perbatasan di Kecamatan Sadu itu banyak juga,” katanya.

Diduga warisan Dinasti Tang

Eka memperlihatkan pada Kompas.com gerabah yang hanya tersisa bagian bawahnya dan diukir dengan motif naga yang cukup rumit.

Selain itu ada pula yang berbentuk guci berukuran sedang dan kecil dengan motif lukisan tiongkok.

“Ada pedang waktu itu, berair terus ngeri juga lihatnya, lalu laras senjata, sepertinya senjata Belanda dulu,” ungkap pria yang berprofesi sebagai guru biologi ini.

Baca juga: 5 Fakta Mbah Sarmi, Pembuat Gerabah sejak Zaman Penjajahan Belanda

Eka mengatakan sebelumnya mereka juga mendengar petani-petani yang berada di kawasan Sungai Pallas juga sempat menemukan keramik-keramik seperti itu saat mencangkul.

“Tidak dalam, baru gali segini saja sudah terdengar bunyi keramik berbenturan dengan cangkul,” katanya sambil menandai kedalamannya dari ujung jari sampai siku.

Gerabah-gerabah ini, kata Eka, sudah dilihat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi dan orang pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

“Katanya keramik ini dari Dinasti Tang,” seingat Eka ketika bertemu dengan BPCB.

“Awalnya nggak terlalu dihiraukan adanya keramik ini. Tapi setelah mendengar ada sejarahnya kami gali lagi, kemudian dapat dan kami lapork ke BPCB, Pak Camat kemudian juga bupati. Gerabahnya kami bawa ke sini (desa) dan sudah kami kirim juga ke Pak Bupati,” katanya.

Hingga saat ini belum ada tindak lanjut terkait temuan itu dari pemerintah kabupaten sendiri.

Hal ini dibenarkan oleh Azra’i Ahmad selaku kepala desa Rantau rasau

Azra’i berharap pemerintah memperhatikan apa yang telah ditemukan ana-anak muda desanya ini.

“Mudah-mudahan ke depan bisa digali sejarah darimana asal daripada gerabah-gerabah ini karena kita tahu di dalam sejarah, apalagi di Desa Rantau Rasau ini desa tertua untuk tanjung jabung, harapan kami kepada pemerintah supaya bisa memperhatian peninggalan peninggalan bersejarah ini untuk anak cucu kita ke depannya,” katanya.

Desa tua

Desa Rantau Rasau ini terbilang berusia sudah tua dan diduga berdiri sejak 1817. Hal ini dibuktikan dengan adanya masjid tua yang masih berdiri dan benteng milik Pangeran Wirokusumo yang sudah roboh ke sungai karena abrasi.


Setelah adanya temuan gerabah kuno ini mereka menduga ada permukiman yang lebih tua dari desa mereka sejak era Hindu-Buddha.

“Sejarahnya cukup banyak, bisa digali oleh pihak terkait dan dapat memperhatikan untuk menggali sejarahnya supaya ndak hilang,” harap Azra’i yang usianya suah kepala enam ini.

Desa Rantu Rasau, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, diketahui berada di perbatasan taman nasional dan berdekatan dengan laut.

Baca juga: Gali Parit di Ladang Jagung, Warga Sragen Temukan Fosil Gading Gajah Purba Sepanjang 4 Meter

 

Untuk mencapai ke desa ini, Kompas.com menempuh waktu enam jam dari pusat Kota Jambi melalui darat dan 5 menit menggunakan pompong atau perahu.

Waktu enam jam ditempuh karena akses jalan yang sebagian rusak dan akan sulit dilalui jika musim hujan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com