Bahkan, untuk biaya di luar tanggungan BPJS selama istrinya menjalani perawatan, Anang mengaku menghabiskan puluhan juta.
"Rumah yang sempat kami beli di salah satu perumahan di Lamongan akhirnya saya jual, dan kini saya sama istri ikut orangtua," tutur Anang.
Sementara untuk biaya penghidupan sehari-hari dan ongkos perjalanan lantaran Rhika masih diharuskan kontrol setiap 2 minggu sekali, Anang bergantung dari hasil jualan tembakau di rumah milik orangtuanya.
Setiap hari, kata Anang, kadang mendapat uang Rp 20.000 hingga Rp 30.000.
Anang mengungkapkan awal mula istrinya sampai jatuh sakit.
"Awal gejalanya itu menstruasi enggak lancar (tidak teratur), kemudian saya bawa periksa ke rumah sakit di Lamongan kata dokternya istri saya mengalami penyumbatan pembuluh darah," ujar Anang.
Baca juga: Cerita Haru Bocah 8 Tahun Penderita Kanker, Kaki Diamputasi, Cita-cita Jadi Tentara Pupus
Karena peralatan yang terbatas, pihak rumah sakit yang ada di Lamongan menyarankan kepada Anang untuk merujuk ke rumah sakit yang ada di Surabaya, yang dianggap memiliki peralatan lebih memadai.
Anang langsung membawa sang istri berobat ke Surabaya.
Anang menuturkan, siklus menstruasi tidak teratur tersebut dialami oleh istrinya selama kurang lebih tiga bulan.