Pasien tersebut seolah-olah dapat mentoleransi kondisi dalam tubuhnya sehingga tidak menunjukkan gejala penurunan saturasi sejak awal.
Hingga nantinya kondisinya makin memburuk.
Saat saturasi oksigennya sudah anjlok, baru pasien menunjukkan kondisi berat dan perburukan sehingga harus segera diberikan alat bantu napas.
"Kondisi itulah yang disebut dengan happy hypoxemia syndrome. Kepustakaan ada yang menyebutkan nama lain yaitu silent hypoxia syndrome, pasien seolah-olah baik-baik saja padahal sedang dalam kondisi hypoxia," katanya.
Gejala sesak napas, kata dia, baru mulai tampak setelah terjadi konsolidasi berat pada jaringan paru.
"Kalau dilihat dari patogenesis-nya, dyspnea atau gejala sesak napas baru mulai tampak setelah jaringan paru mulai mengalami penurunan dan bahkan sudah terjadi konsolidasi berat, jadi jika gambaran parunya rusak berat maka gejala sesaknya baru muncul," katanya.
Dia mengatakan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo makin intensif mengamati adanya kondisi pasien yang tampak baik padahal saturasinya sudah sangat menurun itu pada Juli 2020.
"Pada bulan Juli 2020 kami mulai mengalami peningkatan kasus rujukan dengan pneumonia sedang sampai berat, pada saat itu juga ada pasien yang saat tiba di rumah sakit kelihatannya tidak terlalu sesak tapi tidak lama kemudian makin memberat dan memerlukan ventilator. Setelah dilakukan analisis gas darah arteri ternyata pasien sedang mengalami hypoxia," katanya.
Berbekal pengalaman demi pengalaman itu, dia dan tim makin mengintensifkan pengecekan saturasi oksigen pada pasien secara berkala untuk mengantisipasi kondisi pasien yang memburuk tiba-tiba.
"Meskipun pasien tidak mengalami gejala hypoxia namun pengecekan saturasi oksigen pasien Covid-19 kami lakukan tiap sebentar-sebentar dan secara terus menerus," katanya.
Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Happy Hypoxia
Jika pengecekan tersebut menunjukkan pasien sedang mengalami hypoxia maka pihaknya akan bertindak berdasarkan hasil analisis gas darah arteri pasien.
"Dari hasil analisis gas darah arteri dapat terlihat apakah pasien tersebut masih dapat dikoreksi dengan pemberian terapi oksigen dengan masker oksigen, atau memang sudah perlu ventilator, ada hitungannya. Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo sendiri tidak perlu menunggu lama karena ada alatnya jadi segera dipasang jika memang perlu ventilator," katanya.