Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ishma, Anak Pasangan Tunanetra yang Berprestasi, Sulit Belajar Online karena Ponselnya Dicuri

Kompas.com - 23/08/2020, 17:16 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Ishma Tukha Nur Solechah (13) dengan bangga menunjukkan belasan medali dan piala yang diperolehnya dari perlombaan panjat tebing.

Kisah pelajar kelas 8 MTsN 4 Wonosari, warga Padukuhan Siyono Wetan, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sempat menjadi perbincangan masyarakat.

Pasalnya, anak pertama pasangan tunanetra ini kehilangan gawainya yang digunakan untuk belajar daring beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kisah Seniman Musik Batak, Hidup dari Pesta ke Pesta Kini Terdampak karena Corona

Saat Kompas.com mengetuk pintu rumah sekaligus tempat praktik pijat pasangan Slamet Supriyono dan Turisah, saat itu keluarga kecil ini tengah istirahat siang.

Turislah sedang membersihkan dapur dengan segala keterbatasannya pun keluar untuk ikut bercerita.

Ishma dengan bangga menunjukkan medali yang disimpannya dalam lemari kayu sederhana milik orangtuanya.

Memang sejak kelas 3 sekolah dasar, Ishma sudah berlatih panjat tebing, mulai dari tingkat paling ringan.

Baca juga: Cerita Pilu Perempuan ODGJ Diperkosa di Depan Anaknya hingga Hamil di Nunukan...

Hingga kini sudah 17 medali perlombaan tingkat lokal maupun nasional sudah diperoleh.

"Untuk juara 2 lomba tingkat nasional kategori lead tahun 2018 lalu," kata Ishma saat ditemui di rumahnya Minggu (23/8/2020).

Dengan keterbatasan ekonomi keluarga, setiap beberapa hari sekali Ishma tetap bersemangat untuk berlatih panjat tebing di SMA 2 Playen dan sekitar Wonosari.

Diakuinya hingga kini dia belum memiliki peralatan yang memadai, salah satunya sepatu standar untuk olahraga panjat dinding.

Sesekali membetulkan jilbabnya, Ishma bercerita tentang kesehariannya hingga cita-citanya.

Baca juga: Sedih Dilaporin Sama Bapak Sendiri

Ayah dan ibunya seorang tunanetra, setiap hari bekerja sebagai tukang pijat dengan hasil tak menentu.

Tentu sulit bagi mereka untuk memujudkan sepatu yang diidamkan putri pertamanya.

Namun bagi siswi kelas 9 MTsN 4 Wonosari ini tidak menjadi masalah, dan justru membuat semangat untuk meraih prestasi.

"Suatu saat saya ingin jadi guru olahraga, karena memang suka olahraga terutama panjat tebing," ucap dia.

Upaya untuk mencapai mimpinya sempat terganggu ketika pada Selasa (19/8/2020), karena gawai yang biasa untuk belajar dan mengirim tugas dicuri orang.

Baca juga: Kisah Pilu Balita Akhmad, Bermain Bola dan Terseret Ombak, Ditemukan Nelayan 5 Hari Kemudian

Saat itu sore hari ada dua orang, lelaki dan perempuan mengaku kenal dengan bapak dan ibunya.

Setelah berbincang, kedua orang tidak dikenal itu bercerita sedang mencari model untuk rias. Ishma sempat disuruh mencari seorang lagi yang akan dijadikan model.

Naasnya, setelah sampai di rumah kedua orang itu pergi, dan juga gawai miliknya pun ikut raib.

Slamet dan Turislah tidak mengetahui jika ada yang masuk kamar anaknya karena keterbatasan penglihatannya.

"Sempat kesulitan beberapa hari, karena hp orang tua juga digunakan adik (Muhammad Nastain), kalau pas jamnya bareng ya tidak bisa. Kemarin sudah dibantu oleh anggota DPR RI Subardi (partai Nasdem) dan dibelikan HP baru," ucap dia.

Baca juga: Viral Kisah Pilu Perempuan Bangun Tidur Diperkosa di Bintaro, Polisi Buru Pelaku

Slamet mengaku, di tengah pandemi Covid-109 seperti saat ini, orang yang datang untuk pijat tidak sebanyak hari biasanya.

Namun demikian, Slamet tetap bersyukur anaknya mampu berprestasi di tengah keterbatasan yang dimiliki.

Sebagai tukang pijat dirinya dan istri tak menetapkan tarif, tergantung hati nurani pengguna jasanya.

"Kadang dua orang kadang sama sekali tidak ada, ya disyukuri yang terpenting anak bisa sekolah," ucap Slamet.

Sambil merapikan baju yang dipakainya, Slamet bercerita panjang tentang bagaimana dirinya, istri dan kedua anaknya tetap semangat.

Keluarga ini tinggal di Padukuhan Siyono Wetan sejak 2009, dan membuka praktik pijat sejak 2000-an awal, yang dimulai mengontrak rumah di wilayah Gedong Kuning, Kota Yogyakarta.

Baca juga: Biaya Sendiri, Tukang Pijat Tunanetra Dirikan Sekolah Gratis bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Slamet adalah warga asli Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, dan Turisah merupakan warga Kulon Progo.

"Yang penting anak saya semangat dalam belajar, saya terus mendukungnya," kata Slamet.

"Sebenarnya tidak tega menggunakan motor sendirian kemana-mana, tetapi mau bagaimana keadaannya seperti ini," ucap dia.

Memang untuk belajar dan latihan, Ishma menggunakan sepeda motor matik keluaran pertama.

Saat gawai milik anak pertamanya raib, Slamet sempat bingung untuk membelikan kembali karena kondisi saat ini memang sulit.

"Bersyukur karena sudah ada yang membantu," ucap dia.

Baca juga: Cerita Yovan, Peserta UTBK Tunanetra UNS Solo, Butuh 3 Bulan Persiapan Belajar

Kepada wartawan, Kapolsek Playen AKP Hajar Wahyudi membenarkan peristiwa pencurian gawai milik salah seorang pelajar ini.

Polisi telah melakukan penyelidikan dengan mendatangi TKP dan mengumpulkan informasi dari saksi.

Wahyudi hanya bisa mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap orang yang baru dikenal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com