Belum lagi katanya, cuaca pada saat itu menurut BMKG bahwa ombak di sekitar perairan Halmahera Selatan, dengan tinggi gelombang berkisar 2-4 meter.
Dengan tinggi gelombang seperti ini, sangat kecil kemungkinan kapal tenggelam akibat dihantam gelombang.
“Kemudian kru kapal bukan 25 sesuai manifest tapi 27 orang termasuk anak saya dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang magang disitu,” katanya.
Baca juga: Pencarian Kapal MV Nur Allya di Pulau Halmahera Resmi Dihentikan
Atas semua kejanggalan itu kata Yossy, dia bersama beberapa pihak keluarga korban lainnya terus berupaya mencari jawaban pasti.
Mereka menemui Komnas Ham, Ombudsman hingga Komisi V DPR RI.
Atas upaya itu kata Yossy membuahkan hasil.
Baca juga: Gelombang Tinggi, KNKT Sulit Deteksi Keberadaan MV Nur Allya
Menurutnya, KNKT bersama pihak perusahaan PT GLS kembali melakukan pencarian kapal Nur Allya menggunakan kapal Baruna Jaya IV milik BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Pencarian itu berlangsung selama 15 hari, dimulai 11 – 26 Juli 2020 yang bertolak dari Pelabuhan Luwuk, Sulawesi Tengah.
Sementara Kepala Basarnas Ternate, Muhammad Arafah yang dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, hingga berita ini tayang belum ada tanggapan.