Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap "Jalur Sutra" dan Bisnis Gelap Burung Kicau di Sumatera

Kompas.com - 21/08/2020, 10:59 WIB
Tri Purna Jaya,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

 

Marison menyebutkan, ada tiga jalur keluar dari Sumatera bagi para penyelundup burung.

Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dengan pintu keluar di Pelabuhan Bakauheni ini menjadi jalur yang paling banyak ditemukan usaha penyelundupan burung.

“Pelabuhan Bakauheni ini merupakan jalur terseksi, jalur terbesar penyelundupan burung liar, spesialisnya burung kicau,” kata Marison.

Modus penyelundupan tersebut menggunakan bus, kendaraan pribadi, angkutan travel, hingga truk barang.

“Ada juga ditemukan truk yang membawa buah atau sayuran di dalamnya diselipkan boks-boks berisi burung,” kata Marison.

Dua jalur keluar lainnya yakni Bangka Belitung dan Bandara Kuala Namu untuk penyelundupan burung kicau dari Sumatera Utara, Aceh dan Riau.

Memotong suplai burung

Marison mengatakan, penggagalan usaha penyelundupan di sejumlah titik, termasuk di Pelabuhan Bakauheni adalah cara terbaik saat ini yang bisa dilakukan.

Hal tersebut untuk memotong suplai atas permintaan pasar di Jawa. Distribusi dari pedangang atau pengepul burung liar ilegal dari Sumatera diintervensi di tengah-tengah, yakni di Pelabuhan Bakauheni.

“Jika sudah sampai di pasar, tidak akan bisa disita. Jadi, jalan terbaik ya dipotong suplainya,” kata Marison.

Selain itu, burung-burung yang berhasil diselamatkan dari penyelundupan di Pelabuhan Bakauheni itu masih bersifat liar, karena baru sekitar 2 – 3 hari diambil dari alam.

“Masih liar, jadi bisa dilepaskan langsung. Tapi jika sudah sampai di pasar, biasanya sudah lama itu, bisa berminggu-minggu, harus direhabilitasi dahulu,” kata Marison.

Pemotongan suplai dengan menggagalkan penyelundupan ini juga didukung dengan disiapkannya enam ekor anjing pelacak (K9) yang khusus mengendus burung dan satwa liar lainnya di Pelabuhan Bakauheni.

Anjing penyelamat

Anjing pelacak ini milik Wildlife Kalianda, instalasi K9 yang dikembangkan Sumatera Wildlife Conservation (SWC), Jakarta Animal Aid Network (JAAN), dan Wildlife Conservation Society (WCS) di Lampung Selatan.

Pendiri JAAN, Femke Den Haas mengatakan, untuk saat ini anjing pelacak itu adalah ‘alat’ tercanggih yang mampu mendeteksi burung maupun satwa liar yang hendak diselundupkan.

“Bisa dibilang sebagai ‘alat’ tercanggih, karena khusus untuk mendeteksi satwa liar,” kata Femke.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com