Data dan fakta
Lampung menjadi salah satu jalur penyelundupan satwa liar dari Pulau Sumatera menuju melalui Pulau Jawa.
Dari pengungkapan sejumlah kasus, sebagian besar satwa liar yang diselundupkan adalah burung kicau, baik itu dari kawasan konservasi maupun burung yang tanpa dokumen resmi.
Penyelundupan burung kicau di Bakauheni semakin marak.
Dongeng Sangkar Emas tersebut memberikan gambaran, bagaimana manusia melihat burung, khususnya burung kicau liar sebagai sarana pemuasan ego.
Hal ini yang menjadi dasar Iin dan Komunitas Dongeng Dakocan membuat sejumlah naskah dongeng tentang kecintaan kepada alam dan lingkungan.
“Kicauan burung yang paling merdu ya burung di alam bebas, bukan di dalam sangkar. Ikan yang paling indah ya yang berenang di laut, di terumbu karang,” kata Iin.
Menurut laporan polisi, usaha penyelundupan burung kicau untuk memenuhi kebutuhan pehobi semakin masif.
Penyelundupan ratusan ribu burung asal Sumatera berhasil digagalkan di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan.
Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Bakauheni AKP Ferdiansyah mengatakan, penyulundupan burung kicau memang semakin marak belakangan ini.
“Banyak sekali. Dalam sekali kirim, bisa ratusan sampai ribuan,” kata Ferdiansyah.
Kebanyakan adalah burung kicau yang tanpa disertakan dokumen resmi.
Usaha penyelundupan itu menggunakan sejumlah moda transportasi, mulai dari bus, kendaraan pribadi, hingga truk atau mobil pengangkut logistik.
“Prosedur biasa, pemeriksaan rutin. Begitu kami dapati ada usaha penyelundupan burung atau satwa, kami koordinasi dengan Balai Karantina,” kata Ferdiansyah.
Ferdiansyah mencatat, para penyelundup ini biasanya masuk di Pelabuhan Bakauheni menjelang malam.
Kepala Balai Karantina Pertanian Lampung, Muh Jumadh mengatakan hal senada. Usaha penyelundupan burung di Pelabuhan Bakauheni begitu marak.
Dalam catatan Balai Karantina Pertanian Lampung, dalam dua bulan terakhir saja sudah ada delapan kali usaha penyelundupan burung dari Sumatera menuju Jawa.
“Burung yang diselamatkan lebih dari 10.000 ekor berbagai spesies,” kata Muh Jumadh.