Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap "Jalur Sutra" dan Bisnis Gelap Burung Kicau di Sumatera

Kompas.com - 21/08/2020, 10:59 WIB
Tri Purna Jaya,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com – Postur tubuh Iin Muthmainnah (43) berubah. Suaranya menjadi berat.

Tubuhnya menegak dengan tangan bertopang di pinggang, menampilkan wibawa seorang raja di hadapan pengawalnya.

“Pengawal! Cepat tangkap burung-burung itu, lalu masukkan ke dalam sangkar emas yang telah aku sediakan!" kata Iin dengan nada berteriak.

Baca juga: Kisah Muslim yang Jadi Kades di Wilayah Mayoritas Katolik 

Iin berganti peran menjadi pengawal kerajaan. Tubuhnya agak membungkuk, telapak tangan bertangkup di depan dada dengan suara terbata.

“I... i... i... iya, ham...ba... Paduka Raja,” ujar Iin.

Begitu adegan pembuka dongeng berjudul "Sangkar Emas" yang dibawakan Iin dan Komunitas Dongeng Dakocan saat melakukan dongeng keliling ke sejumlah taman kanak-kanak dan PAUD di Bandar Lampung.

“Dongeng ini asli cerita rakyat Lampung, tapi saya modifikasi, karena muatan nilai pada dongeng aslinya tidak sesuai untuk anak-anak,” kata Iin saat ditemui, Kamis (13/8/2020).

Versi asli dongeng Sangkar Emas ini adalah sekawanan burung mencuri sangkar emas milik kerajaan dan dibawa ke dalam hutan.

Namun, dalam dongeng Sangkar Emas gubahan Iin, naskah dirombak agar lebih masuk akal, sekaligus menanamkan nilai kecintaan pada ekosistem, alam dan lingkungan.

“Garis besarnya, pada naskah versi saya adalah untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran moral bagi anak-anak, kepada anak-anak, untuk mencintai lingkungan dan alam sekitar,” kata Iin.

Baca juga: Pisang Ajaib, Berbuah 12 Tandan hingga Tanpa Daun dan Batang

Pemahaman nilai dalam narasi dongeng Sangkar Emas itu masuk dalam adegan ketika para pengawal menangkapi burung-burung liar di kawasan hutan untuk memenuhi hasrat sang raja.

Burung-burung itu lalu dimasukkan ke dalam sangkar milik kerajaan.

Namun, sejak saat itu burung-burung tersebut tidak satu pun yang berkicau. Pada akhirnya, sang raja melepaskan burung-burung itu kembali ke hutan.

“Secara tidak langsung, dongeng ini mengajarkan bahwa burung itu hidupnya ya di alam bebas, bukan di dalam sangkar,” kata Iin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com